Ajaran-Ajaran Tarekat Qadiriyah wa Naqsabandiyah di Bogor
Sebelum dapat melakukan ajaran-ajaran
pada Tarekat Qadiriyah wa Naqsabandiyah, seseorang harus melalui proses pembai’atan terlebih
dahulu. Pembai’atan ini dilakukan untuk melihat keseriusan seseorang untuk
menjalani ajaran-ajaran dalam Tarekat Qadiriyah wa Naqsabandiyah ini. Ada
beberapa syarat jika seseorang yang harus dipenuhi oleh calon murid atau
pengikut yaitu : wajib menjaga syariat, shalat lima waktu, Harus mencintai
Sayyidina Syekh Abdul Qadir al-Jilaini dan Syekh Abu al-Qasim Junaidi
al-Bagdadi, Mursyid dan penerusnya hingga akhir hayat. Setelah dinyatakan
berhak menjadi pengikut Tarekat Qadiriyah wa Naqsabandiyah, ia akan ditalqin
oleh mursyid. Pada Tarekat Qadiriyah wa Naqsabandiyah, calon murid atau
pengikut yang sudah ditalqin disebut ikhwan.
Setelah ia menjadi Ikhwan, ia akan
dan harus mengamalkan amalan-amalan sunah seperti shalat malam, shalat duha,
tilawah al-Qur’an dan zikir/wirid dengan rutin hingga seolah-olah membuatnya
seperti wajib. Adapun Amalan tarekat Qadiriyah
wa Naqsabandiyah dibagi menjadi tiga jenis, yaitu amalan harian, amalan
bulanan dan amalan tahunan. Berikut penjelasan mengenai amalan-amalan yang
dilaksanakan
A. Amalan harian
Seorang Ikhwan setiap harinya harus melakukan amalan-amalan seperti : Sholat-sholat sunnah, dzikir karomat,
dzikir hasanat, doa-doa dan kegiaan kemasyarakatan.
- Melaksanakan sholat
Disamping melaksanakan sholat fardu lima waktu dengan
disiplin dan kusyu’, seorang ikhwan harus melaksakan sholat-sholat sunnah, khususnya
sholat sunnah rawatib, tahjud, dhuha, walaupun hanya dua rakaat saja.
- Mengamalkan dzikir
Dzikir yang harus dikerjakan oleh Ikhwan adalah dzikir karamat “wajib” dan dzikir hasanat “sunnah”. Dzikir karomat adalah dzikir yang
tatacara pengamalannya telah ditetapkan oleh guru yang mengajarinya. Sedangkan dzikir hasanat adalah
amalan dzikir yang tatacaranya tidak ditentukan, terikat, oleh hitungan dan
tempat dan waktunya.
Adapun secara garis besar dapat dikatakan bahwa seorang
pengamal thoriqoh ini setiap selesai sholat lima waktu harus melakukan dzikir
sebanyak 165 kali, dengan tatacara sebagai berikut:
·
membaca istiqfar 3x
·
Membaca sholawat 3x
·
Robhitoh mursyid (mengigat guru yang mengajarkan dzikri
sebagai peryataan bathin bahwa dirinya mengikuti ajaran tersebut)
Demikan juga harus melakuka dzikir ismu dzat (menyebut
Alllah,Allah,Allah ) dalam hati sebanyak 500kali dalam sehari semalam. Amalan
dzikir ismu dzat ini bisa dilakukan satu kali duduk, bisa juga dilaukan secara
kredit setiap habis sholat fardu.
- Amalan Bulanan
Kegiatan rutin yang dilaksanakan setiap
satu bulan sekali adalah manaqiban dan khataman.
- Manaqiban
Sebenarnya kata manaqiban berasal
dari kata manaqib (bahasa Arab), yang berarti biografi ditambah dengan akhiran:
-an, menjadi manaqiban sebagai istilah yang berarti kegiatan pembacaan manaqib
(biografi), syekh Abd. Qadir al-Jailani, pendiri Tarekat Qadiriyah, dan seorang
wali yang sangat legendaris di Indonesia. Isi kandungan kitab manaqib itu
meliputi: silsila nasab syekh Abd. Qadir al-Jailani, sejarah hidupnya, akhlaq
dan karamah-karamahnya, di samping adanya doa-doa bersajak (nadaman, bahr dan
rajaz) yang bermuatan pujian dan tawassul melalui dirinya.
“Para hamba Allah, dan para
tokoh-tokohnya Allah, tolonglah kami karena kerelaan Allah. Jadilah Tuan semua
penolong kami karena Allah, semoga dapat berhasil maksud kami, sebab keutamaan
Allah. Semoga rahmat Allah atas yang mencukupi (nabi Muhammad), dan semoga
keselamatan atas pemberi syafaat (Nabi Muhammad). Karena syekh Muhyiddin (Abd.
Qadir) semoga engkau menyelamatkan kami, dari berbagai macam cobaan ya Allah”.
Sehingga setelah nasabnya syekh
dibaca, para masyayikh dan hadirin peserta manaqiban, semua menjawab dengan
do’a, yang artinya, “Mudahkan setiap urusan kami dan maafkan kami, dari setiap
duka, bala’ dan kemelaratan saya.” Sedangkan manaqiban dalam tradisi Tarekat Qadiriyah wa
Naqsyabandiyah sebagai jam’iyyah merupakan kegiatan rutin. Ada yang
menyelenggarakan pada acara mujahadah bersama setiap minggu, atau acara
khataman dan tawajjuhan setiap bulan atau pada acara khaul Syekh Abd. Qadir
al-Jailani yang jatuh pada tanggal 11 Rabi’ul tsani Karena Syekh wafat pada
tanggal 11 Robi’ul Sani 561 H.
- Khataman
Khataman yaitu
pembacaan ratib atau aurad khataman tarekat ini. Dari segi tujuannya,
khataman merupakan kegiatan individual, yakni amalan tertentu yang harus
dikerjakan oleh seorang murid yang telah mengkhatamkan tarbiyat Dzikr lathaif.
Dan khataman sebagai suatu ritus (upacara sakral) dilakukan dalam rangka
tasyakuran atas keberhasilan seorang murid dalam melaksanakan sejumlah beban
dan kewajiban dalam semua tingkatan Dzikr lathaif. Tetapi dalam
prakteknya khataman merupakan upacara ritual yang “resmi” lengkap dan rutin,
sekalipun mungkin tidak ada yang sedang syukuran khataman. Kegiatan khataman
ini dipimpin langsung oleh mursyid atau asisten mursyid (khalifah kubra).
Sehingga forum khataman sekaligus berfungsi sebagai forum tawajjuh, serta
silaturrahmi antara para ikhwan. Kegiatan khataman ini biasanya juga
disebut mujahadah, karena memang upacara dan kegiatan ini memang dimaksudkan
untuk mujahadah (bersungguh-sungguh dalam meningkatkan kualitas spiritual para
salik), baik dengan melakukan dzikr dan wirid, maupun dengan pengajian dan
bimbingan ruhaniyah oleh mursyid. Proses khataman biasanya dilaksanakan
dengan dipimpin oleh mursyid atau asisten se¬nior (khalifah kubra), dalam
posisi duduk berjama’ah setengah lingkaran, atau berbaris sebagaimana
shaf-shafnya jama’ah shalat, maka mulailah membaca bacaan-bacaan sebagai
berikut:
- Al-Fatihah, kehadirat Nabi, beserta keluarga dan sahabatnya.
- Al-Fatihah, untuk para nabi dan rasul, para malaikat al-muqarrabin, para suhada’, para salihin, setiap keluarga, setiap sahabat dan kepada arwah bapak kita Adam, dan ibu kita Hawa’, dan semua keturunan dari keduanya sampai hari kiamat.
- Al-Fatihah, kepada arwahnya para tuan kita imam kita: Abu Bakar, Umar, Usman dan Ali. Semua sahabat-sahabat awal, dan akhir, para tabi’in, tabi’it tabi’in dan semua yang mengikuti kebaikan mereka sampai hari kiamat.
- Al-Fatihah, untuk arwah para imam mujtahid dan para pengikutnya, para ulama’ dan pembimbing, para qari’ yang ikhlas, para imam hadis, mufassir, semua tokoh-tokoh sufi yang ahli tarekat, para wali baik laki-laki maupun perempuan. Kaum muslimin dan muslimat di seluruh penjuru dunia.
- Al-Fatihah, untuk semua arwah semua syekh Tarekat Qadiriyah dan Tarekat Naqsyabandiyah, khususnya tuan syekh rajanya para wali, yaitu syekh Abd. Qadir al-Jailani, dan Abu Qasim Junaidi al-Baghdadi, Sirri Saqati, Ma’ruf al-Karakhi, Sayyid Habib al-A’jami, Hasan Basri, Sayyid Ja’far Sadiq, Sayyid Abu Yazid al-Bustami, Sayid Yusuf al-Hamadani, Sayyid Bahauddin al-Naqsyabandi, hadrat Imam al-Rabbani (al-Sirhindi), berikut nenek moyang dan keturunan mereka ahli silsilat mereka dan orang yang mengambil ilmu dari mereka.
- Al-Fatihah, kepada arwah orang tua kita dan syekh-syekh kita, keluarga kita yang telah mati, orang yang berbuat baik kepada kita, dan orang yang mempunyai hak dari kita, orang yang mewasiati kita, dan orang kita wasiati, serta orang yang mendo’akan baik kepada kita.
- Al-Fatihah, kepada arwah semua mukminin-mukminat, muslimin-muslimat yang masih hidup maupun yang sudah mati, dibelahan barat dunia maupun di belahan timur. Di belahan kanan dan kiri dunia, dan dari semua penjuru dunia, semua keturunan Nabi Adam, sampai hari kiamat. Kemudian secara bersama-sama membaca bacaan kalimat-kalimat suci, khusus.
Selanjutnya
berhenti sejenak (tawajjuh) menghadapkan hati kehadirat Tuhan yang maha Agung
seraya merendahkan diri serendah-rendahnya, di bawah serendah-serendahnya
mahkluk, karena sifat kurang dan sifat, serta perbuatan yang jelek yang
lainnya. Kemudian memohon pertolonganNya, agar dapat menjalankan perkara yang
baik dan meninggalkan perbuatan yang jelek, memohon tambahnya rizki yang baik,
manfaat dan berkah di dunia dan akhirat. Memohon untuk diri dan semua
keluarganya agar dapat istiqamah dalam bertaqwa kepada-Nya dan istiqamah dalam
menjalankan tarekat ini dan syari’at rasul serta diberi karunia husnul
khatimah.
Kemudian
membaca lanjutan ratib kalimat suci dan do’a khataman sebagai tanda selesainya
acara khataman, selanjutnya khataman ditutup dengan mushofahah (bersalaman)
keliling kepada mursyid sebagai sentral pimpinan dan guru pembimbing
dilanjutkan kepada semua hadirin secara bersambung.
- Amalan Tahunan
Inti kegiatan
yang dilakukan setahu sekali adalah kholwat (intensifikasi ibadah dan
pengamalan ajaran tarekat didalam ribat atau pesantren). Dengan niat ibadah
taqorroban ilallah atau mendekatkan diri kepada Allah.