Suku Asmat
Lokasi Suku Asmat
Tahun 2002, wilayah Asmat ditetapkan
sebagai Kabupaten dalam Provinsi Papua dengan ibu kota Distrik Agats. Luas
Kabupaten Asmat 24.502 KM2. Letak geografsinya berada di Papua Barat
Daya 4”-7” LS dan 137”-141” BT
Makna Asmat
Orang Asmat sangat menghormati pohon,
Bagi mereka, pohon adalah kehidupan. Mereka menganggap dirinya sebagi pohon dan
sebaliknya menganggap pohon adalah diri mereka. Mereka mengibaratkan akar pohon
itu sebagai kaki, batang sebagai badan, ranting sebagai tangan dan buah sebagai
kepala. Oleh karena itu, mereka menyebut dirinya sebagai as-asmat yang berarti manusia kayu atau manusia pohon atau asmat-ow yang berarti manusia sejati.
Kehidupan orang Asmat tidak dapat
dipisahkan dengan alam sekitarnya. Mereka meyakini sejatinya manusia itu harus
bersatu dengan alam. Mereka pun menyebut dirinya sebagai “Ow Kaenak Anakat”
yang artinya “Akulah manusia sejati”
Fumeritips, Nenek Moyang Suku Asmat
Menurut mitos, asal-usul orang Asmat
dimulai dari kehadiran Fumeripits, orang pertama Asmat yang terdampar dalam
keadaan sekarat, lalu ditolong oleh sekawanan burung. Fumeripits akhirnya
selamat dan sehat. Kemudian, ia membangun rumah panjang untuk berlindung.
Kesehariannya diisi dengan membuat patung, setelah selesai patung tersebut di
pajang di dalam rumah panjang. Fumeripits membuat tifa dan memainkannya untuk
mengusir kesepiannya. Ketika Fumeripits memainkan Tifa, patung-patung yang
dibuatnya hidup dan bergerak mengikuti alunan Tifa. Setelah kejadian itu,
Fumeripits melakukan perjalanan dan setiap kali singgah ke sebuah daerah,
Fumeripits membuat rumah panjang dan menciptakan manusia-manusia baru.
Manusia-manusia baru tersebut kelak disebut As-asmat atau manusia kayu.
Fumeripits oleh orang Asmat s=disebut
sebagai “Sang Pencipta”. Orang Asmat mewarisi bakat memahat dan mengukir dari
penciptaanya. Mereka memiliki ekspresi seni yang indah seperti membuat patung
kayu, tifa, perahu dan tameng.
Hutan Sumber Persatuan Masyrakat
Asmat
Bagi orang Asmat, hutan merupakan
sumber kehidupan. Hutan juga dijadikan sarana kehidupan bermasyarakat yang
tertib dan sejahtera. Mereka hidup dari hutan secara kolektif, hutan menjadi
symbol persatuan yang mengikat kebersamaan mereka. Hutan merupakan kekayaan
yang harus dipertahankan bersama, sekaligus sebagai penyangga keamanan yang
menutupi keberadaan kampong mereka. Selain itu, bagi orang Asmat hutan juga
penting artinya dalam kehidupan spiritual. Mereka percaya bahwa hutan merupakan
tempat tinggal para Arwah dan roh-roh halus lainnya.
Mata Pencaharian
Kelangsungan hidup Suku Asmat sangat
bergantung pada alam. Mata pencaharian mereka meramu makanan, berburu, dan
menangkap ikan. Peran seorang wanita sangat penting, merekalah yang mengatur
jadwal aktivitas kapan berburu dan menangkap ikan. Setiap Pagi, perempuan dan
anak-anak suku Asmat pergi kehutan untuk mengambil umbi-umbian, dedaunan, telur
Kasuari, menangkap ikan, udang dan kepiting. Pekerjaan berburu hewan liar
menjadi tugas lelaki suku Asmat.
Kebudayaan memakan Sagu
Sebagai makanan pokok masyarakat Asmat,
sagu banyak ditemukan di hutan. Kaum laki-laki memilih dan menebang pohon sagu.
Selanjutnya kaum perempuan mengupas kulit pohon sagu, menumbuk dan menyaring
tepung sagu. Tepung sagu yang diperoleh diolah menjadi adonan yang beratnya
kurang lebih 5 kg. Proses pembuatan sagu tersebut membutuhkan waktu 1 hari.
No comments:
Post a Comment