PENGKAJIAN
CERITA REKAAN
CERPEN
ORANG-ORANG LARENJANG
1. SINOPSIS
Sudah empat hari Bendara Gemuk tidak menampakkan
dirinya. Bendara Gemuk menenangkan diri di ladang miliknya, di hutan Cempuya.
Dia menghindari pembicaraan para tetangganya yang mempergunjing kemenakannya
yang bernama Julfahri. Julfahri akan mempersunting Nurhusni yang masih satu
keluarga dengannya. Menurut adat istiadat Larenjang, menikah dengan orang yang
masih memiliki hubungan keluarga disebut “kawin sesuku” adalah pantangan.
Julfahri dan Nurhusni akhirnya menikah, dari
pernikahannya mereka dikaruniayi seorang anak laki-laki dan seorang anak
perempuan. Anak laki-laki mereka bernama Yanuar, namun Yanuar meninggal lebih
dulu. Tinggal anak perempuan mereka yang masih hidup, Imelda. Imelda mengidap
kanker otak stadium akhir, Nurhusni dalam kecemasannya mulai memperlihatkan
tanda-tanda orang sakit. Nurhusni divonis mengidap diabetes, hingga dirinya
buta permanen. Imelda akhirnya meninggal dunia. Setahun setelah kematian
Imelda,Nurhusni menghembuskan nafas terakhirnya. Dalam kesendiriannya, Julfahri
teringat akan Bendara Gemuk yang dulu telah berjasa dalam pencapaian
cita-citanya. Ia teringat akan perseteruannya dengan Bendara Gemuk sebelum ia
nekat melanggar pantang. Julfahri memiliki angan-angan bahwa ketika dia
meninggal nanti, jasadnya dikuburkan di tanah Larenjang. Namun mengingat perbuatannya
di masa lalu yang telah melukai hati Bendara Gemuk beserta keluarga besarnya,
ia mengurungkan niatnya.
2. DAFTAR
LOGIKA NARATIF
2.1 Bendara
Gemuk menghilang selama 4 hari.
2.1.1
Bendara Gemuk berada di
ladangnya, di hutan Cempuya untuk menenangkan diri dari desas-desus yang tak
kunjung usai.
2.1.2
Adanya pembicaraan
menggunjing, memfitnah, ancaman dan makian terhadap kemenakan Bendara Gemuk.
2.1.3
Kemenakan Bendara Gemuk,
Julfahri bersikeras untuk tetap mempersunting Nurhusni.
2.2 Julfahri
dan Nurhusni merupakan satu family / rumpun
2.2.1
Dalam aturan
masyarakat, kawin sesuku merupakan tindakan yang melanggar pantangan.
2.2.2
Bila pantangan tersebut
dilanggar oleh Julfahri dan Nurhusni maka mereka berdua akan dihapus dari
silsilah keluarga, tidak mendapat hak waris dan diusir dari tanah Larenjang.
2.2.3
Dampak pelanggaran bagi sanak keluarga yang
tinggal di Larenjang akan dikucilkan
oleh masyarakat sekitar.
2.2.4
Bendara Gemuk mencoba
memperingati dan menasihati Julfahri akibat dan dampak yang timbul jika
Julfahri tetap melanggar pantangan tersebut.
2.2.5
Julfahri tetap
berpegang teguh pada pendiriannya, karena merasa peraturan adat tersebut sudah
ketinggalan zaman dan dirinya sudah siap menerima segala resiko yang akan dia
terima bila melanggar aturan adat tersebut.
2.3 Bendara
Gemuk tidak pernah mengecewakan para kemenakannya.
2.3.1
Bendara Gemuk merupakan
orang pertama yang turun tangan ketika kemenakannya sedang mengalami masalah.
2.3.2
Seorang pengulu yang
mengutamakan perhatiannya kepada para kemenekannya daripada keluarganya.
2.3.3
Seorang pengulu yang
tidak menyalahgunakan kekuasaannya.
2.3.4
Merupakan orang yang
sangat berjasa dalam terwujudnya cita-cita Julfahri untuk menjadi seorang
sarjana.
2.3.5
Sosok yang adil bagi
para kemenakannya, hal ini terlihat ketika Bandara Gemuk membagi jatah berlahan
kepada para kemenakannya. Para kemenakannya tidak merasa kurang dan tidak ada
rasa saling curiga.
2.4 Para
kemenakan Bendara Gemuk menghormati Bendara Gemuk.
2.4.1
Para kemenakan Bendara
Gemuk menghormatinya seperti menghormati ayah mereka sendiri.
2.4.2
Para kemenakan Bendara
Gemuk siap membela Bendara Gemuk jika hati Bendara Gemuk dilukai, dihina dan
direndahkan.
2.4.3
Para kemenakannya siap
menghadapi siapa pun yang mendukung rencana pernikahan Julfahri dan Nurhusni,
karena hal ini membuat malu rumpun Larenjang.
2.5 Kehidupan
yang dialami Julfahri setelah melanggar pantangan tersebut.
2.5.1
Julfahri ditinggal mati
oleh anak laki-lakinya yang bernama Yanuar.
2.5.2
Imelda anak perempuan
yang dibanggakan Julfahri dan Nurhusni merupakan keturunan satu-satunya yang
tersisa.
2.5.3
Imelda mengidap kanker
otak stadium akhir
2.5.4
Kedua orang tuanya
berusaha menyelamatkan Imelda.
2.6 Kecemasan
pada diri Julfahri dan Nurhusni
2.6.1
Namun keadaan Imelda
semakin memburuk setelah melakukan operasi.
2.6.2
Kecemasan akan
kehilangan Imelda mulai nampak pada diri Julfahri dan Nurhusni.
2.6.3
Nurhusni mulai
menampakkan kondisi orang yang kurang sehat.
2.6.4
Kecemasan Julfahri
mulai bertambah ketika istrinya divonis mengidap diabetes dan mengalami buta
permanen.
2.6.5
Kecemasan Julfahri itu
berubah menjadi kesedihan.
2.6.6
Kehilangan Imelda anak
satu-satunya
2.6.7
Kehilangan istrinya
yang menyusul setahun setelah kematian Imelda.
2.7 Munculnya
ingatan masa lalu Julfahri
2.7.1
Julfahri teringat akan
gunjingan orang-orang kampungnya mengenai dirinya puluhan tahun yang lalu.
2.7.2
Teringat akan
terangsingnya orang-orang Larenjang akan perbuatannya
2.7.3
Julfahri teringat akan
sosok Bendara Gemuk.
2.7.4
Bendara Gemuk sosok
yang membantunya dalam mencapai cita-citanya.
2.7.5
Mengingat Bendara Gemuk
yang mengasingkan diri dari kampung
2.7.6
Bendara Gemuk tak
sanggup menanggung malu akibat pantangan yang dilanggar Julfahri.
2.8 Julfahri
merasa menyesal
2.8.1
Julfahri sangat
menyesal telah bertengkar dengan Bendara Gemuk.
2.8.2
Julfahri sadar bahwa
perbuatannya telah melukai dan menistai hati Bendara Gemuk serta suku
Larenjang.
2.8.3
Julfahri memiliki
angan-angan bila ia meninggal, ia ingin jasadnya dimakamkan di tanah pemakaman
suku Larenjang
2.8.4
Namun angan-angan
tersebut ia batalkan karena ia sadar akan perbuatan yang telah dilakukannya
dulu.
2.8.5
Julfahri telah
mencoreng nama baik Bendara Gemuk dan membuat amarah orang-orang Larenjang terhadap
dirinya tidak hilang.
2.8.6
Dengan kata lain tanah
pemakaman Larenjang tidak akan menerima jasadnya.
3. TOKOH
DAN PENOKOHAN
Ada tiga tokoh yang berperan dalam
cerita ini ; tokoh utama Julfahri (tokoh I), tokoh Bendara Gemuk (tokoh II) dan
tokoh para kemenakan Bendara Gemuk (tokoh III). Ketiga-tiganya ditampilka
secara langsung, dan disajikan secara dramatic/ragaan : watak para tokoh
diungkapkan dengan dialog dan lakuan tokoh. Hubungan antartokoh dan
perkembangannya dengan mudah disimpulkan dari dialog dan lakuan yang disajikan
itu. :
1. Hubungan
tokoh I dan tokoh II tidak akrab.
“Kenapa
awak mesti menghamba pada aturan usang itu?”
2. Tokoh
I merasa lebih tahu daripada Tokoh II.
“Kami
tidak punya hubungan tali-darah, jadi kami bisa menikah! Kami siap dibuang dari
Larenjang!”
3. Tokoh
III takut akan dampak perbuatan tokoh I.
“Tapi,
bagaimana dengan kami yang akan menanggung malu seumur-umur?”
4. Tokoh
I tidak mengerti yang akan dialami tokoh III.
“Bila
tidak berbuat salah,kenapa harus malu?”
5. Tokoh
I lebih berwibawa dari tokoh II.
“Awak
hanya takut melanggar ajaran Tuhan!”
6. Tokoh
II member nasihat dari tokoh I.
“Jaga
multmu, Julfahri. Bisa kualat kau nanti”
7. Tokoh
II belum pernah mengecewakan tokoh III
Nyaris
seumur umurnya telah habis oleh segala macam urusan kemenakan.
8. Tokoh
III menganggap tokoh II orang yang berani.
Bahkan
bila terjadi kegentingan, ia tidak gamang “pasang badan” demi membela kami,
para kemenakkannya.
9. Tokoh
II berjasa terhadap tokoh I.
Dalam
pencapaian cita-cita Julfahri, Bendara Gemuk mencarikan orangtua angkat untuk
membiayai kuliah Julfahri.
10. Tokoh
III menghormati tokoh II.
Kami
menghormatinya, sebagaimana kami menghormati ayah kami.
11. Tokoh
III akan membela tokoh II.
Maka,
membuat lelaki sepuh itu terluka, sama dengan melukai perasaan kami.
Merendahkan martabat Gemuk berarti juga menghina kami. Melangkahi gemuk adalah
juga menampar muka kami.
12. Tokoh
I lebih berwibawa dari tokoh III.
“Lalu
dengan cara apa kalian akan menyelesaikannya”
13. Tokoh
III lebih berwibawa dari tokoh I.
“Dengan
kerat kayu. Paham kau, keparat busuk?”
“Atau
mulutmu besarmu itu kami sumpal dengan ketupat bengkulu!”
14. Kehidupan
tokoh I setelah meniggalkan Larenjang
Di
usia sepetang ini, hidup sebatangkara di tanah rantau akan menjadi tahun-tahun
penghujung yang sulit bagi lelaki ringkih itu.
15. Tokoh
I hidup sebatangkara.
Kehidupannya
di tanah perantuan selalu mendapat musibah dimulai dari meniggalnya kedua
anaknya, kemudian istrinya yang mengalami buta permanen akibat penyakit
diabetes yang meninggal setahun setelah kematian anak perempuannya
16. Tokoh
I sukar melupakan jasa tokoh II
Ia
sukar melupakan jasa Bendara Gemuk yang telah mencarikan induk-semang di kota
provinsi, hingga ia bisa bekerja dan membiayai kuliah, meraih cita-cita
sarjananya.
17. Tokoh
I merasa dihantui dalam kesendiriannya
Rasa
yang paling menghantui kesendiriannya saat ini adalah perseturuan hebatnya
dengan Bendara Gemuk sebelum ia nekat melanggar pantang.
18. Tokoh
I menyesal akan perbuatannya terhadap tokoh I dan tokoh II.
Ia
menyadari, betapa perbuatannya di masa lalu telah melukai hati pengulu dan
menistai keluarga besar suku Larenjang.
4. ALUR
DAN PENGALURAN
Alur cerita ini sebenarnya bersifat
linear. Sorot balik yang bersifat informatif tidak mengganggu, yaitu dalam
bentuk bayangan yang timbul dalam angan-angan Julfahri tentang masa lalunya
yang telah melanggar pantangan para leluhur dan membuat malu keluarga besarnya.
Sudah sejak awal cerita terasa
adanya rangsangan (lihat pada paragraph pertama). Rangsangan kedua timbul
dengan perseteruan antara Bendara Gemuk dengan Julfahri. Rangsangan tersebut
timbul akibat kata-kata Julfahri, “Kenapa awak mesti menghamba pada aturan usang
itu?” begitu Julfahri berkelit ketika Gemuk mendesaknya untuk membatalkan
rencana itu.
Kerinduan akan sosok Bendara Gemuk orang yang telah
berjasa dalam pencapaian cita-citanya serta disertai rasa jenuh di tanah
perantauan yang membuat dirinya mengingikan kembali ke kampung halamannya
sampai ke angan-angan. Ketika hanyut dalam angan-angan tiba-tiba ada suara
mendenging di kupingnya dan segera ia batalkan angan-angannya. Keinginan untuk
dimakamkan di tanah Larenjang tanah para leluhurnya, lenyap sudah karena
perbuatannya di masa lalu.
Cerita ini memikat dari awal sampai akhir. Kejutan
yang berada di akhir cerita dan tegangan di bagian tertentu membuat pembaca
terus terangsang rasa ingin tahunya.
5. LATAR
Latar kebudayaan dibentangkan sejak
awal ; judul cerita “ Orang-orang Larenjang” menyiratkan sejumlah informasi dan
nilai-nilai tertentu. Menurut arti konotatif tersaran berupa kumpulan
orang-orang yang memiliki kesamaan budaya, yang memiliki suasana pedesaan yang
dikelilingi hutan dengan adat istiadat yang masih berpengaruh kuat dalam
kehidupan sehari-hari. Adat istiadat ini terlihat dalam cuplikan dimana adanya
“pergunjingan” yang berisi tentang pelanggaran aturan adat yang dilakukan oleh
Julfahri kemenakan Bendara Gemuk. Jika ada orang yang melanggar pantangan
tersebut maka akan berdampak bagi keluarga besarnya. Kesan ini diperkuat dengan
adanya bagian cerita yang menjelaskan akibat dari pelanggaran pantangan
tersebut. (bila dilanggar, suku kami akan terbuang. Julfahri dan Nurhusni akan
dihapus dari silsilah keluarga dan tidak mendapat hak waris). Sikap Julfahri
yang bersikeras untuk menikahi Nurhusni dengan cara membantah semua nasihat
dari Bendara Gemuk, karena Julfahri merasa bahwa aturan adat istiadat tersebut
sudah ketinggalan zaman. (“kenapa awak mesti menghamba pada aturan usang itu.”)
Latar fisik terlihat pada paragraf tiga : “Sudah
empat petang tak tampak batang hidungnya di lepau kopi, tidak pula di surau.”
“Sesungguhnya ia tidak pergi, hanya saja tidak pulang, dari ladang gambirnya,
di rimba Cempuya.” Dari cuplikan kisah tersebut terlihat jelas keadaan tempat
orang-orang Larenjang. Dilihat dari lokasi-lokasi yang disebutkan dalam kisah,
terlihat jelas bahwa kehidupan masyarakatnya masih sederhana.
Pada umumnya latar mendukung cerita dengan baik.
Tambahan keterangan Toa pada awal cerita menggambarkan bagaimana
keadaan warga Larenjang yang ramai membicarakan dan menyebarkan kejelekkan
Julfahri. Kisahan Bendara Gemuk yang mengasingkan diri ke kebunnya di rimba
Cempuya mengambarkan kembali berpijaknya tokoh pada realitas yang diterimanya
dengan kebingungan dan rasa malu.
Penggunaan istilah Melayu memberi kesan penempatan
yang memperkuat kesan kebudayaan yang sangat dijaga oleh para pengulu suku dan
warganya.
6. SUDUT
PANDANG
Penggunaan sudut pandang orang pertama menyebabkan
pencerita terlibat di dalam cerita. Mengenai tokoh Bendara Gemuk dan tokoh
Julfahri, pencerita bersifat serba tahu. Ini memungkinkan tidak adanya kejutan
dari pihak tokoh I dan tokoh III.
7. TEMA
DAN AMANAT
7.1 TEMA
Cerpen “Orang-orang Larenjang” bertemakan kehidupan
masyarakat yang masih berpegang teguh terhadap adat istiadat.
7.2 AMANAT
Berpikirlah ke depan dan lihat
kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi sebelum mengambil keputusan dan tindakan
yang akan dilakukan.
8. KESIMPULAN
8.1 KELEBIHAN
1. Cerpen
ini memiliki unsur-unsur kejutan. Seperti halnya mengenai rasa penyesalan
Julfahri yang berani melanggar pantangan adat, padahal di awal cerita cerpen
ini, Julfahri bersikeras dan berani melawan sanak saudaranya untuk menikahi
Nurhusni tanpa ada rasa menyesal.
2. Cerpen
ini dapat mengambarkan perasaan tokoh dalam cerpen dengan baik.
3. Mempunyai
unsur pendidikan yang baik
8.2 KEKURANGAN
1. Bahasa
yang digunakan membingungkan pembaca, sehingga pembaca perlu mengartikan
terlebih dulu maksud dari kalimat tersebut.
2. Masih
menggunakan bahasa kedaerahan. Contoh dalam cerpen terdapat pada dialog antara
Julfahri dengan Bendara Gemuk
“kenapa
awak mesti menghamba pada aturan using itu?” begitu Julfahri berkelit ketika
Gemuk mendesaknya untuk membatalkan rencana itu.
Dialog antara Julfahri dengan
saudara-saudaranya.
“bila
ajal Gemuk lebih lekas lantaran menanggung malu akibat perangai gilamu itu, kau
tak bakal selamat!” begitu kami menggertak Julfahri
“lantaran
kami tidak berpendidikan sepertimu, kami tidak pandai menyeselaikan kusut ini
dengan cara berunding.”
“lalu
dengan cara apa kalian akan menyeselaikannya?” tanya Julfahri pongah.
“dengan
kerat kayu. Paham kau, keparat busuk?”
“atau
dengan mulut besarmu itu kami sumpal dengan ketupat Bengkulu!”