May 7, 2019

MASJID AZ ZIKRA


Masjid Az-Zikra – Sentul


Pendahuluan
            Masjid Az-Zikra merupakan masjid yang menjadi pusat dari seluruh kegiatan majelis Az-Zikra. Masjid ini didirikan atas bantuan pemerintah Libya melalui lembaganya World Islamic Call Society (WICS) ketika Muammar Qaddafy berkuasa. Pembangunan masjid memakan total biaya sekitar 59,9 miliyar Rupiah. Sebelumnya, Muammar Qaddafy juga mendanai pembangunan masjid di kota Kampala, Uganda yang diberi nama sesuai dengan namanya pula.
Masjid ini pada awalnya bernama masjid Muammar Qaddafy, tetapi setelah pemerintahan Qaddafy jatuh, pemerintah Libya yang baru mengajukan keberatan resmi atas majelis Az-Zikra mengenai penamaan masjid ini. Akhirnya pengurus majelis mengganti nama masjid ini menjadi masjid Az-Zikra. Masjid ini berlokasi di desa Cipambuan, Sentul, Bogor. Ketika pembangunan masjid ini usai, pusat kegiatan majelis Az-Zikra yang tadinya berada di Depok, seketika dipindahkan. Bukan hanya tempat ibadah, masjid ini juga memiliki beberapa kamar dan madrasah. Kamar di masjid ini ditujukan untuk santri Az-Zikra yang berjumlah sekitar tiga puluh orang dan tamu-tamu rombongan. Ketika penelitian, kami ditempatkan di kamar Khalid bin Walid yang berada di komplek masjid ini.

Pembangunan Masjid
Pembangunan masjid ini diprakarsai oleh Ustadz Muhammad Arifin Ilham, pendiri majelis Az-Zikra. Sebelumnya majelis ini berpusat di daerah Sawangan, Depok. Oleh karena jamaah yang datang bertambah banyak dan masjid di Depok itu sudah tidak mampu lagi menampung. Acara pengajian dan dzikir yang biasa diadakan pada malam hari, selalu memacetkan jalanan, Bahkan halaman masjid yang menjadi tempat alternatif juga tidak bisa lagi menampung jamaah yang datang.
Dari sinilah Ustadz Arifin Ilham berinisiatif untuk memindahkan tempat baru yang lebih nyaman. Akhirnya didapatkan tanah wakaf seluas lima hektar di daerah Sentul yang disumbangkan oleh pengembang Bukit Az-Zikra, PT Cigede Griya Permai. Tempat ini dirasa sangat strategis karena mudah untuk didatangi para jamaah karena tak jauh dari pintu tol Jagorawi. Tempat ini juga terasing dari keramaian dan ideal untuk kegiatan-kegiatan religius. Setelah mendapatkan lokasi yang tepat, Az-Zikra kemudian melakukan pendekatan intens kepada lembaga WCIS cabang Indonesia. Setelah melalui lobi berkali-kali, akhirnya WCIS menyetujui untuk mendanai seluruh pembangunan masjid sekaligus komplek penyokong kegiatan majelis Az-Zikra.
Pembangunan tahap pertama difokuskan pada pembangunan Masjid dan Islamic Center. Pemancangan tiang pertama dilaksanakan pada tanggal 22 Juli 2007 yang diiringi dengan kegiatan zikir akbar. Proyek pembangunan masjid ini diserahkan pada kontraktor PT Waskita Karya. Pemancangan tiang pertama ini juga di abadikan dalam prasasti pembangunan yang di tanda tangani oleh Ustadz Arifin Ilham dan Sheikh Mahmud H. Reeh, perwakilan dari WCIS. Pada tahap pertama ini, pembangunan menelan biaya 36,9 miliar Rupiah.
 Pembangunan tahap pertama selesai dikerjakan pada bulan Februari 2009. Total lahan seluas 12.600 meter persegi digunakan untuk bangunan masjid utama yang terdiri dari tiga lantai. Masjid ini mampu menampung jamaah sebanyak 22 ribu jamaah sekaligus. Masjid juga sudah dilengkapi dengan ruang pertemuan, menara masjid setinggi 57 meter, lift, dan air mancur. Masjid ini diresmikan pada Minggu, 7 Juni 2009,  yang dihadiri oleh Wakil Presiden saat itu, Jusuf Kalla dan Sheikh Mahmud H. Reeh. Sepertinya halnya pemancangan tiang pertama, pada acara peresmian itu diadalam pula zikir akbar bersama jamaah majelis dzikir Az-Zikra. Khutbah jum’at pertama diadakan pada 12 Juni 2009, yang mana Ustadz Arifin Ilham,bertindak langsung sebagai khatib. Hal ini sebagai tanda bahwa masjid Az-Zikra ini sudah difungsikan dan dibuka untuk masyarakat secara umum.
Pada pembangunan tahap kedua, dianggarkan dana sebesar 23 miliar Rupiah, untuk membangun taman, area parkir, serta pesantren. Halaman masjid yang sangat luas juga dilengkapi dengan dua payung raksasa seperti payung Nabawi di masjid Nabawi, Madinah. Payung ini untuk melindungi jamaah dari hujan atau panas. Secara keseluruhan tanah wakaf seluas lima hektar ini dibagi terdiri dari lahan untuk masjid seluas satu hektar, lahan untuk pesantren seluas 2 hektar, dan lahan parkir seluas 2 hektar.
Arsitektur masjid ini di rancang oleh Muhammad Fanani, yang merupakan adik ipar dari tokoh Muhammadiyah Amin Raies. Fanani memadukan arsitektur masjid universal dengan ciri arsitektur Indonesia yang tropis. Karakter arsitektural masjid secara universal disimbolkan dengan Kubah, yang berbentuk portal lengkung. Menara dan bintang segi delapan serta kaligafi. atap masjid yang berbentuk limas merepresentasikan karakter arsitektural Indonesia

Fasilitas Masjid Az-Zikra
            Masjid ini memiliki fasilitas yang cukup lengkap. Salah satunya adalah beberapa kamar yang digunakan sebagai tempat inap rombongan yang megunjungi majelis Az-Zikra. Selain untuk kamar tamu, terdapat sebuah kamar yang diperuntukkan untuk santri pilihan tinggal. Masjid ini dilengkapi dengan satu buah lift sebagai kemudahan jamaah untuk beribadah. Dua kolam ikan juga berada di komplek masjid ini untuk menguatkan nuansa nyaman. Ruang pertemuan juga berada di dalam masjid. Ruang ini biasa digunakan untuk diadakan pertemuan tamu-tamu penting atau seminar yang diadakan oleh majelis Az-Zikra. Toilet dan tempat wudhu terdapat dalam jumlah banyak dalam masjid ini. Toilet dan tempat wudhu terdapat satu lantai di bawah masjid. Selain disitu, terdapat enam belas toilet lantai lainnya di lantai pengurus.

Kegiatan Masjid Az-Zikra
            Kegiatan di masjid ini terbuka untuk umum, bukan hanya diperuntukkan anggota majelis Az-Zikra. Aktivitas masjid Az-Zikra juga terintegrasi dengan aktivitas warga perumahan islami Bukit Az-zikra, karena sejatinya masjid ini bagian dari komplek perumahan tersebut. Secara garis besar, kegiatan di masjid ini juga bisa diartikan kegiatan majelis Az-Zikra. Kegiatan di masjid ini dapat dikategorikan menjadi tiga : harian, bulanan, dan tahunan.
Pada kegiatan harian, tentunya shalat berjama'ah. Selain itu kegiatan rutinnya adalah halaqah setiap usai shalat subuh. Tadabur Al Qur'an atau kajian Al-Quran berikut terjemahnya diadakan menjelang maghrib. Masjid ini juga rutin mengadakan tahajud, berjama’ah atau tidak. Hal ini ditandai dengan adzan tahajud setiap harinya pukul 03.00. Pada kegiatan mingguan selalu diadakan buka bersama puasa sunnah setiap hari Senin dan Kamis dan dilanjutkan Tarbiyah atau kajian keislaman setelah Maghrib sampai pukul 21.00. Pada hari minggu pagi diadakan kajian Muslimah dan Zikir Al-Ma'tsurat.
Kegiatan bulanan biasanya diadakan Mabit atau pertemuan antar anggota majelis Az-Zikra yang direpresentasikan oleh anggota Sabilana. Tanggal mabit tentatif sesuai persetujuan pada bulan sebelumnya. Acara ini dilanjutkan dengan shalat Tahajud berjama’ah serta taushiyah. Acara bulanan paling besar adalah zikir akbar. Pada acara yang di panitiai oleh anggota Sabilana ini biasanya didatangi ribuan, bahkan puluhan ribu jamaah majelis Az-Zikra dari berbagai daerah. Terkadang, zikir akbar diadakan ditempat lain. Hal ini tergantung dengan event yang menanti setelahnya. Misalnya, pada zikir akbar menyambut bulan Ramadhan kemarin diadakan di masjid Istiqlal. Sedangkan pada kegiatan tahunan terdapat acara Tabligh Akbar pada hari-hari besar Islam,  zikir khusus anak-anak, sholat Idul Fitri dam Idul Adha berjamaah, dan sunatan masal.

Sumber  : Booklet az-zikra
Pengamatan langsung

May 6, 2019

Gerakan Sosial Indonesia Abad 19 Bagian 6


Gerakan Sekte Keagamaan di Jawa


      Jamaa’ah Rifa’i
Salah satu gerakan sosial yang mengandung ciri gerakan protes sekaligus gerakan sekte keagamaan adalah Jamaah Rifa’iyah. Nama gerakan ini diambil dari tokoh pemimpinnya yaitu K.H. Ahmad Rifa’i Kalisalak. Sebagaimana lazimnya gerakan-gerakan sosial yang bersifat tradisional, Jamaah Rifa’iyah sangat lekat dengan sosok pemimpinnya yang karismatis. Lahir, tumbuh, dan berkembangnya Jamaah Rifa’iyah pada dasarnya adalah implementasi dari pemikiran-pemikiran K.H. Ahmad Rifa’i yang dituangkan dalam kitab-kitab karyanya. Oleh karena itu, kita perlu memahami latar belakang dari sosok K.H. Ahmad Rifa’i dan juga pemikiran yang terkandung dalam kitab-kitabnya. Dari riwayat hidupnya kita akan melihat bahwa K.H. Ahmad Rifa’i adalah sosok seorang ulama yang konsisten melawan pemerintah kolonial Belanda beserta elit birokrasi tradisional dan konsistensi ini dapat ditemukan pula dalam tulisan yang terdapat pada kitab-kitabnya. Kitab-kitab itu sendiri ditulis dalam rangka merespon kebutuhan masyarakat ketika itu untuk mempelajari agama.[1]

Gerakan Sosial Indonesia Abad 19 Bagian 5


     GERAKAN SOSIAL DI MASA KOLONIAL


     Gerakan Sekte Keagamaan
Di luar arus perkembangan mesianisme selama abad 19 dan 20, muncul lah sekte-sekte keagamaan baru, gerakan milenaristis sangat menarik bagi golongan petani pada khususnya dan lapisan bawah pada umumnya. Ciri-ciri gerakan sekte yaitu corak umum dari gerakan pemberontak, adanya unsur-unsur protes rakyat terhadap tekanan dari golongan yang berkuasa seperti gerekan2 kerusuhan di pedesaan.  Gerakan milenaristis atau gerakan sekte menampilkan pemimpin-pemimpin karismatis yaitu para guru, haji atau kiai, dan memberikan tempat rakyat untuk bersatu dalam ikatan keagamaan.
Pada abad ke 19 dan ke 20 gerakan mesianisme berkembang pesat, disisi lain sekte-sekte keagamaan muncul. Gerakan ini diikuti oleh golongan petani dan masyarakat lapisan bawah. Gerakan ini pada umumnya menunjukkan corak umum dari gerakan pemberontakkan dan unsur-unsur protes rakyat terhadap golongan yang berkuasa. Gerakan sekte pada umumnya dipimpin oleh pemimpin karismatis seperti guru dan haji atau kiai yang menyatukan masyarakat dalam ikatan keagamaan. Gerakan sekte memberikan jalan pelarian bagi mereka yang pegangan hidupnya sedang mengalami masalah.

Featured Post

4 Lembaga Penerima Hibah Setiap Tahun

4 Lembaga Penerima Hibah Setiap Tahun 1. KONI  dasar hukum untuk Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) adalah Pasal 69 Undang-Undang Nom...

Popular Posts