Masjid Az-Zikra –
Sentul
Pendahuluan
Masjid Az-Zikra merupakan masjid
yang menjadi pusat dari seluruh kegiatan majelis Az-Zikra. Masjid ini didirikan
atas bantuan pemerintah Libya melalui lembaganya World Islamic Call Society (WICS) ketika Muammar Qaddafy
berkuasa. Pembangunan masjid memakan total biaya sekitar 59,9 miliyar Rupiah. Sebelumnya, Muammar Qaddafy juga mendanai pembangunan
masjid di kota Kampala, Uganda yang diberi nama sesuai dengan namanya pula.
Masjid ini
pada awalnya bernama masjid Muammar Qaddafy, tetapi setelah pemerintahan
Qaddafy jatuh, pemerintah Libya yang baru mengajukan keberatan resmi atas
majelis Az-Zikra mengenai penamaan masjid ini. Akhirnya pengurus majelis mengganti
nama masjid ini menjadi masjid Az-Zikra. Masjid ini berlokasi di desa
Cipambuan, Sentul, Bogor. Ketika pembangunan masjid ini usai, pusat kegiatan
majelis Az-Zikra yang tadinya berada di Depok, seketika dipindahkan. Bukan
hanya tempat ibadah, masjid ini juga memiliki beberapa kamar dan madrasah.
Kamar di masjid ini ditujukan untuk santri Az-Zikra yang berjumlah sekitar tiga
puluh orang dan tamu-tamu rombongan. Ketika penelitian, kami ditempatkan di
kamar Khalid bin Walid yang berada di komplek masjid ini.
Pembangunan Masjid
Pembangunan
masjid ini diprakarsai oleh Ustadz Muhammad Arifin Ilham, pendiri majelis
Az-Zikra. Sebelumnya majelis ini berpusat di daerah Sawangan, Depok. Oleh
karena jamaah yang datang bertambah banyak dan masjid di Depok itu sudah tidak
mampu lagi menampung. Acara pengajian dan dzikir yang biasa diadakan pada malam
hari, selalu memacetkan jalanan, Bahkan halaman masjid yang menjadi tempat alternatif
juga tidak bisa lagi menampung jamaah yang datang.
Dari
sinilah Ustadz Arifin Ilham berinisiatif untuk memindahkan tempat baru yang
lebih nyaman. Akhirnya didapatkan tanah wakaf seluas lima hektar di daerah
Sentul yang disumbangkan oleh pengembang Bukit Az-Zikra, PT Cigede Griya Permai.
Tempat ini dirasa sangat strategis karena mudah untuk didatangi para jamaah
karena tak jauh dari pintu tol Jagorawi. Tempat ini juga terasing dari
keramaian dan ideal untuk kegiatan-kegiatan religius. Setelah mendapatkan
lokasi yang tepat, Az-Zikra kemudian melakukan pendekatan intens kepada lembaga
WCIS cabang Indonesia. Setelah melalui lobi berkali-kali, akhirnya WCIS
menyetujui untuk mendanai seluruh pembangunan masjid sekaligus komplek
penyokong kegiatan majelis Az-Zikra.
Pembangunan
tahap pertama difokuskan pada pembangunan Masjid dan Islamic Center. Pemancangan tiang pertama dilaksanakan pada tanggal
22 Juli 2007 yang diiringi dengan kegiatan zikir akbar. Proyek pembangunan
masjid ini diserahkan pada kontraktor PT Waskita Karya. Pemancangan tiang
pertama ini juga di abadikan dalam prasasti pembangunan yang di tanda tangani oleh
Ustadz Arifin Ilham dan Sheikh Mahmud H. Reeh, perwakilan dari WCIS. Pada tahap
pertama ini, pembangunan menelan biaya 36,9 miliar Rupiah.
Pembangunan tahap pertama selesai dikerjakan
pada bulan Februari 2009. Total lahan seluas 12.600 meter persegi digunakan
untuk bangunan masjid utama yang terdiri dari tiga lantai. Masjid ini mampu
menampung jamaah sebanyak 22 ribu jamaah sekaligus. Masjid juga sudah
dilengkapi dengan ruang pertemuan, menara masjid setinggi 57 meter, lift, dan
air mancur. Masjid ini diresmikan pada Minggu, 7 Juni 2009, yang dihadiri oleh Wakil Presiden saat itu, Jusuf
Kalla dan Sheikh Mahmud H. Reeh. Sepertinya halnya pemancangan tiang pertama,
pada acara peresmian itu diadalam pula zikir akbar bersama jamaah majelis
dzikir Az-Zikra. Khutbah jum’at pertama diadakan pada 12 Juni 2009, yang mana Ustadz
Arifin Ilham,bertindak langsung sebagai khatib. Hal ini sebagai tanda bahwa
masjid Az-Zikra ini sudah difungsikan dan dibuka untuk masyarakat secara umum.
Pada pembangunan
tahap kedua, dianggarkan dana sebesar 23 miliar Rupiah, untuk membangun taman,
area parkir, serta pesantren. Halaman masjid yang sangat luas juga dilengkapi
dengan dua payung raksasa seperti payung Nabawi di masjid Nabawi, Madinah. Payung
ini untuk melindungi jamaah dari hujan atau panas. Secara keseluruhan tanah
wakaf seluas lima hektar ini dibagi terdiri dari lahan untuk masjid seluas satu
hektar, lahan untuk pesantren seluas 2 hektar, dan lahan parkir seluas 2
hektar.
Arsitektur
masjid ini di rancang oleh Muhammad Fanani, yang merupakan adik ipar dari tokoh
Muhammadiyah Amin Raies. Fanani memadukan arsitektur masjid universal dengan
ciri arsitektur Indonesia yang tropis. Karakter arsitektural masjid secara
universal disimbolkan dengan Kubah, yang berbentuk portal lengkung. Menara dan
bintang segi delapan serta kaligafi. atap masjid yang berbentuk limas merepresentasikan
karakter arsitektural Indonesia
Fasilitas Masjid Az-Zikra
Masjid
ini memiliki fasilitas yang cukup lengkap. Salah satunya adalah beberapa kamar yang
digunakan sebagai tempat inap rombongan yang megunjungi majelis Az-Zikra. Selain
untuk kamar tamu, terdapat sebuah kamar yang diperuntukkan untuk santri pilihan
tinggal. Masjid ini dilengkapi dengan satu buah lift sebagai kemudahan jamaah
untuk beribadah. Dua kolam ikan juga berada di komplek masjid ini untuk
menguatkan nuansa nyaman. Ruang pertemuan juga berada di dalam masjid. Ruang
ini biasa digunakan untuk diadakan pertemuan tamu-tamu penting atau seminar
yang diadakan oleh majelis Az-Zikra. Toilet dan tempat wudhu terdapat dalam
jumlah banyak dalam masjid ini. Toilet dan tempat wudhu terdapat satu lantai di
bawah masjid. Selain disitu, terdapat enam belas toilet lantai lainnya di
lantai pengurus.
Kegiatan Masjid Az-Zikra
Kegiatan
di masjid ini terbuka untuk umum, bukan hanya diperuntukkan anggota majelis
Az-Zikra. Aktivitas masjid Az-Zikra juga terintegrasi dengan aktivitas warga
perumahan islami Bukit Az-zikra, karena sejatinya masjid ini bagian dari
komplek perumahan tersebut. Secara garis besar, kegiatan di masjid ini juga
bisa diartikan kegiatan majelis Az-Zikra. Kegiatan di masjid ini dapat
dikategorikan menjadi tiga : harian, bulanan, dan tahunan.
Pada
kegiatan harian, tentunya shalat berjama'ah. Selain itu kegiatan rutinnya
adalah halaqah setiap usai shalat
subuh. Tadabur Al Qur'an atau kajian
Al-Quran berikut terjemahnya diadakan menjelang maghrib. Masjid ini juga rutin
mengadakan tahajud, berjama’ah atau tidak. Hal ini ditandai dengan adzan
tahajud setiap harinya pukul 03.00. Pada kegiatan mingguan selalu diadakan buka
bersama puasa sunnah setiap hari Senin dan Kamis dan dilanjutkan Tarbiyah atau kajian keislaman setelah
Maghrib sampai pukul 21.00. Pada hari minggu pagi diadakan kajian Muslimah dan
Zikir Al-Ma'tsurat.
Kegiatan
bulanan biasanya diadakan Mabit atau pertemuan antar anggota majelis Az-Zikra
yang direpresentasikan oleh anggota Sabilana. Tanggal mabit tentatif sesuai
persetujuan pada bulan sebelumnya. Acara ini dilanjutkan dengan shalat Tahajud
berjama’ah serta taushiyah. Acara
bulanan paling besar adalah zikir akbar. Pada acara yang di panitiai oleh
anggota Sabilana ini biasanya didatangi ribuan, bahkan puluhan ribu jamaah
majelis Az-Zikra dari berbagai daerah. Terkadang, zikir akbar diadakan ditempat
lain. Hal ini tergantung dengan event yang
menanti setelahnya. Misalnya, pada zikir akbar menyambut bulan Ramadhan kemarin
diadakan di masjid Istiqlal. Sedangkan pada kegiatan tahunan terdapat acara
Tabligh Akbar pada hari-hari besar Islam, zikir khusus anak-anak, sholat Idul Fitri dam
Idul Adha berjamaah, dan sunatan masal.
Sumber : Booklet az-zikra
Pengamatan
langsung