GERAKAN SOSIAL DI MASA KOLONIAL
Gerakan
Sekte Keagamaan
Di luar arus
perkembangan mesianisme selama abad 19 dan 20, muncul lah sekte-sekte keagamaan
baru, gerakan milenaristis sangat menarik bagi golongan petani pada khususnya
dan lapisan bawah pada umumnya. Ciri-ciri gerakan sekte yaitu corak umum dari
gerakan pemberontak, adanya unsur-unsur protes rakyat terhadap tekanan dari
golongan yang berkuasa seperti gerekan2 kerusuhan di pedesaan. Gerakan milenaristis atau gerakan sekte
menampilkan pemimpin-pemimpin karismatis yaitu para guru, haji atau kiai, dan
memberikan tempat rakyat untuk bersatu dalam ikatan keagamaan.
Pada abad ke 19 dan ke
20 gerakan mesianisme berkembang pesat, disisi lain sekte-sekte keagamaan
muncul. Gerakan ini diikuti oleh golongan petani dan masyarakat lapisan bawah.
Gerakan ini pada umumnya menunjukkan corak umum dari gerakan pemberontakkan dan
unsur-unsur protes rakyat terhadap golongan yang berkuasa. Gerakan sekte pada
umumnya dipimpin oleh pemimpin karismatis seperti guru dan haji atau kiai yang
menyatukan masyarakat dalam ikatan keagamaan. Gerakan sekte memberikan jalan
pelarian bagi mereka yang pegangan hidupnya sedang mengalami masalah.
Gerakan mesianisme dan
gerakan sekte (milenaristis) memiliki persamaaan dan perbedaan. Kedua tipe
gerakan tersebut didukung oleh masyarakat lapisan bawah, dipimpin oleh elit
agama, dan ideology milenaristis memiliki pandangan hidup dimas sekarang
daripada kehidupan akhirat.[1]
Gerakan sekte di jawa
muncul adanya perubahan-perubahan social dan demorilisasi akibat dari
westernisasi. Sekte merupakan ekspresi keagamaan dari perasaan ketidakmampuan
suatu masyarakat dan perasan-perasaaan untuk memberontak, hasil perjuangan
kelas, organisasi dari kelas bawah dan peralatan dari sifat agresif mereka.
Oleh karena itu dapat di pahami bahwa milenarisme mendapat tempat di kalangan
masyarakat yang tertindas karena dianggap memperjuangkan hak mereka.
Ciri-ciri umum gerakan
sekte dan mesianisme terdapat dalam masalah peran pemimpin dan
ajaran-ajarannya. Pemimpin dalam gerakan itu merupakan hal yang vital
(penting). Selain itu, masalah ekonomi dan social dalam gerakan-gerakan sekte
merupakan hall penting pula. Dalam hal ini, bahwa iklim budaya memberikan tempat baik bagi kelahiran seorang pemimpin
agama yang kemudian mampu mewujudkan
gerakan keagamaan.[2]
Tujuan gerakan sekte
adalah menjawab persoalan kebendaan yang dihadapi anggota-anggotanya. Jawaban
tersebut adalah kehidupan duniawi yang penuh kebahagiaan dan ketentraman. Hal
tersebut dapat terwujud jika kerajaan diperintah secara adil, damai dan bebas
dari golongan penguasa yang buruk. Ideology gerakan sekte dekat dengan ideology
gerakan misianisme yaitu berorientasi dengan kehidupan sekarang.
Gerakan-gerakan sekte di jawa terdapat petunjuk bahwa gerakan yang tidak
dilembagakan cenderung mencari tujuan yang bersifat kebendaan dan keduniawian.
Sebaliknya gerakan yang terlembaga cenderung mengerahkan pandangan kepada
kehidupan akhirat.
Perbedaan sikap moral
antara satu sekte dengan sekte lain memperjelas adanya bermacam-macam
sektarianisme. Di satu pihak terdapat satu sekte secara keras melancarkan
propaganda menentang kekenduran dalam menjalankan kehidupan beragama secara
ketat dalam kehidupan sehari-hari. Di lain pihak terdapat golongan sekte yang
memberikan kebebasan dalam melakukan dasar-dasar agama. Salah satu ciri lain
gerakan sekte ialah adanya pengawasan yang ketat terhadap anggota-anggotanya.
Sebagai syarat mutlak setiap calon anggota yan g hendak amsuk terdalam tarikat
harus mengucapkan sumpah setia terlebih dahulu. Hal ini berbeda dengan gerakan
mesianistis yang hanya mengundang hak dari pihak pimpinan untuk mengeluarkan
anggotanya bila melakukan pengkhianatan.
Sifat kerahasiaan yang
menyelubungi kehidupan sekte merupakan alat pertahanan dan perlindungan
terhadap dunia luar. Usaha untuk merahasiakan diri timbul karena adanya
kecurigaan dari pihak yang berkuasa.
Baca artikel lanjutan:
No comments:
Post a Comment