DAMPAK KEBIJAKAN PEMERINTAH HINDIA BELANDA
DI NUSANTARA
Perubahan Sosial
Dampak Tanam Paksa bagi Rakyat Indonesia
Pelaksanaan system tanam paksa memberikan dampak bagi
rakyat Indonesia, baik positif maupun negatif.
o
Dampak Positif
Ø
Rakyat Indonesia mengenal teknik menanam
jenis-jenis tanaman baru.
Ø
Rakyat Indonesia mulai mengenal tanaman
dagang yang berorientasi impor.
o
Dampak Negatif
Ø
Kemiskinan serta penderitaan fisik dan
mental yang berkepanjangan.
Ø
Beban pajak yang berat.
Ø
Pertanian, khususnya padi, banyak mengalami
kegagalan panen.
Ø
Kelaparan dan kematian terjadi di banyak
tempat, seperti di Cirebon (1843) sebagai akibat dari pemungutan pajak tambahan
dalam bentuk beras, serta di Demak (1848) dan di Grobogan (1849-1850) sebagai
akibat kegagalan panen.
Ø
Jumlah penduduk Indonesia menurun dengan
sangat drastis.
Perubahan Ekonomi
o
Bagi Belanda
Ø
Memberikan keuntungan yang sangat besar
kepada kaum swasta Belanda dan pemerintah colonial Belanda.
Ø
Hasil-hasil produksi perkebunan dan
pertambangan mengalir ke negeri Belanda.
Ø
Negeri Belanda menjadi pusat perdagangan
hasil dari tanah jajajahan.
Bagi Indonesia
Ø
Adanya krisis perkebunan pada tahun 1885
karena jatuhnya harga kopi dan gula berakibat sangat buruk bagi penduduk.
Ø
Menurunnya konsumsi bahan makanan, terutama
beras, sementara pertumbuhan penduduk Jawa meningkat sangat pesat.
Ø
Menurunnya usaha kerajinan rakyat karena
kalah bersaing dengan barang-barang impor dari Eropa.
Ø
Pengangkutan dengan gerobak menjadi merosot
penghasilannya setelah adanya angkutan dengan kereta api.
Ø
Rakyat menderita karena masih diterapkannya
kerja rodi dan adanya hukuman berat bagi yang melanggar peraturan Poenale
Sanctie.
Perubahan Budaya
Pencetus politik etis (politik balas budi)
ini adalah Van Deventer.Van Deventer memperjuangkan nasib bangsa Indonesia
dengan menulis karangan dalam majalah De Gids yang berjudul Eeu Eereschuld
(Hutang Budi). Van Deventer menjelaskan bahwa Belanda telah berhutang budi
kepada rakyat Indonesia. Hutang budi itu harusdikembalikan dengan memperbaiki
nasib rakyat, mencerdaskan dan memakmurkan. Menurut Van Deventer, ada tiga cara
untuk memperbaiki nasib rakyat tersebut yaitu memajukan :
Ø
Edukasi (Pendidikan)
Dengan edukasi akan dapat meningkatkan kualitas bangsa
Indonesia sehingga dapat diajak memajukan perusahaan perkebunan dan mengurangi
keterbelakangan.
Ø
Irigasi (pengairan)
Dengan irigasi tanah pertanian akan menjadi subur dan
produksinya bertambah.
Ø
Emigrasi (pemindahan penduduk)
Dengan emigrasi tanah-tanah di luar Jawa yang belum
diolah menjadi lahan perkebunan, akan dapat diolah untuk menambah penghasilan.
Selain itu juga untuk mengurangi kepadatan penduduk Jawa.
Usulan Van Deventer tersebut mendapat perhatian besar dari pemerintah
Belanda, pemerintah Belanda menerima saran tentang Politik Etis, namun akan
diselaraskan dengan sistem kolonial di Indonesia. (Edukasi dilaksanakan, tetapi
semata-mata untuk memenuhi kebutuhan pegawai rendahan). Pendidikan dipisah-
pisah antara orang Belanda, anak bangsawan, dan rakyat. Bagi rakyat kecil hanya
tersedia sekolah rendah untuk mendidik anak menjadi orang yang setia pada
penjajah, pandai dalam administrasi dan sanggup menjadi pegawai dengan gaji
yang rendah.
Dalam bidang irigasi (pengairan) diadakan pembangunan dan perbaikan.
Tetapipengairan tersebut tidak ditujukan untuk pengairan sawah dan ladang milik
rakyat, namun untuk mengairi perkebunan-perkebunan milik swasta asing dan
pemerintah kolonial.
Emigrasi juga dilaksanakan oleh pemerintah Belanda bukan untuk
memberikanpenghidupan yang layak serta pemerataan penduduk, tetapi untuk
membuka hutan-hutan baru di luar pulau Jawa bagi perkebunan dan perusahaan
swasta asing. Selain itu juga untuk mendapatkan tenaga kerja yang murah.
·
Pengaruh terhadap Kehidupan Sosial
Pejabat lokal yang dulu sangat berkuasa hanya menjadi
pengawai pemerintah kolonial, sehingga derajat mereka seakan-akan turun di mata
rakyat. Muncul suatu kelompok masyarakat berdasarkan golongan yaitu kelompok
masyarakat Eropa (Kolonial), kelompok masyarakat bangsawan dan kelompok
masyarakat jelata.
Apabila digolongkan yaitu seperti di bawah ini:
- Kelompok masyarakat Eropa menempati kelas teratas.
- Kelas di bawahnya adalah kelompok masyarakat bangsawan.
- Kelompok masyarakat jelata menempati kelas terendah.
·
Pengaruh terhadap Kehidupan Budaya
Tradisi barat berkembang dalam masyarakat pribumi,
seperti dansa di kalangan bangsawan. Banyak tradisi kerajaan lokal yang luntur
setelah campur tangan Belanda. Adanya tradisi lokal yang berakulturasi dengan
budaya barat (Belanda), yang membentuk kebudayaan baru yang disebut
kebudayaan Indis.
Kebudayaan Indis adalah kebudayaan campuran yang didukung
oleh segolongan masyarakat Hindia Belanda. Percampuran budaya tersebut meliputi
berbagai unsur kebudayaan. Pada masa awal kehadiran di nusantara,
peradaban Belanda mendominasi kebudayaan Indonesia. Kemudian lambat laun
menjadi pembauran. Tetapi, sebelum terjadi pencampuran budaya ini, peradaban
Indonesia sudah tinggi. Masyarakat suku Jawa cukup aktif. Dalam proses
pencampuran budaya ini, sehingga budaya Jawa tidak lenyap . Peran kepribadian
bangsa Jawa (local genius). Ikut menentukan dalam memberi warna dalam
kebudayaan indis. Unsur-unsur kebudayaan Belanda tersebut mula-mula dibawa oleh
pedagang dan pejabat VOC, kemudian rohaniawan protestan dan katolik juga mengikutinya.
Peran para cendikiawan dalam mengembangkan kebudayaan indis sangat besar dalam
bidang pendidikan, tekhnologi pertanian, dan transportasi, khususnya setelah
politik liberal dijalankan oleh pemerintahan kolonial. Dalam tahap berikutnya,
kaum terpelajar Indonesia mendapat pendidikan Eropa dalam melanjutkan
pendidikan di Belanda, menurut berbagai bidang kebudayaan indis di Indonesia.
No comments:
Post a Comment