Kehidupan Suku-suku di Libya
Pendahuluan
Libya merupakan salah satu negara Arab yang berada di benua Afrika.
Libya terletak di wilayah Afrika Utara. Libya berbatasan langsung dengan laut
Mediterania di sebelah utara, berbatasan dengan Tunisia dan Aljazair di sebelah
barat. Nigeria dan Chad di sebelah selatan Libya, Mesir di sebelah timur Libya.
Luas wilayah yang mencapai 1,760,000 km2 menjadikan Libya sebagai
negara terluas ke empat di benua Afrika. Libya memiliki tiga wilayah yaitu
Tripolitania di pesisir barat, Cyrenaica di sisi timur dan Fezza di sisi
selatan Libya.
Wilayah Tripolitania berupa barisan pegunungan dengan puncaknya di
sisi selatan pesisir yaitu Gunung Nafusa. Wilayah ini dapat digunakan untuk
lahan pertanian dan saluran irigasi. Tripoli sebagai ibu kota negara Libya
terletak di sebuah Oasis yang cukup banyak mengandung air. Wilayah Cyrenaica
terdapat perpanjangan barisan perbukitan dari wilayah Tripolitania dengan
puncak tertinggi yaitu gunung Akhdar. Cyrenaica memiliki ekosistem pegunungan
di sisi utara sampai dengan ekosistem gurun di sisi selatan. Teluk Sirte yang
terletak diantara pegunungan dari wilayah Tripolitania ke wilayah Cyrenaica
merupakan padang rumput yang biasanya digunakan suku badui untuk tempat tinggal
saat musim dingin. Wilayah Fezzan yang terletak di sebelah selatan Libya
merupakan daerah yang sangat kering. Wilayah Fezzan hanya memiliki beberapa
saluran irigasi yang berasal dari oase-oase. Di oase-oase tersebut dapat
digunakan sebagai lahan pertanian sayuran dan buah-buahan.
Penduduk Libya
Penduduk Libya diperkirakan sekitar lima juta jiwa dengan tambahan
satu juta lima ratus ribu jiwa dari pihak imigran, hal ini menjadikan Libya
memiliki jumlah penduduk sebanyak enam juta lima ratus jiwa. Bangsa Arab
merupakan bangsa mayoritas di wilayah Libya, mereka datang pada akhir abad ke
tujuh ke wilayah Libya dengan menyebarkan agama Islam dan Bahasa Arab di
wilayah Afrika Utara. Bangsa Arab di wilayah Libya adalah Arab Berber, seperti
di wilayah Benghazi, Mesratha dan Zinten.
Pada awal abad ke 11 terjadi perebutan kekuasaan di wilayah Mesir,
konflik ini dilakukan oleh Bani Salim dan Bani Hasyim dari Jazirah Arab, yang
nantinya mendirikan dinasti Fatimiyah di Mesir. Setelah 3 abad mengalami
peperangan yang silih berganti, pada akhirnya suku Berber memiliki kekuasaan namun
hanya sampai abad ke 16. Setelah abad 16, wilayah Libya dikuasai oleh Pasha
Turki dan masa bangsa Eropa mulai mendatangi wilayah Libya untuk melakukan
pemetaan dan mengambil sumber daya alam dengan cara kolonisasi. Bangsa Eropa
ketika melakukan kolonisasi di Libya, melakukan sebuah tindakan untuk mengusir
dan menghancurkan suku-suku Berber dari wilayah mereka. Hal ini terjadi pada
tahun 1918 di republic Tripolitania,tahun 1923 di republic Maroko dan Berber
Azawad pada tahun 2012 lalu, namun usaha-usaha tersebut tidak berhasil.
Libya dikenal sebagai negara
yang memiliki jumlah suku Berber terbesar di Afrika Utara. Terdapat 140 suku
Berber di Libya, yang terdiri dari suku utama dan suku-suku kecil lainnya.
Anggota-anggota suku tersebut dapat dilihat dari nama yang mereka pakai dan
nama daerah atau jalan yang menggunakan nama sebuah suku.
A.
Suku-Suku di
Libya
Kesukuan di Libya sangat kuat kaitannya dengan kehidupan social
masyarakat Libya. Salah satu contohnya adalah upacara "Taqessamit", yaitu
upacara yang rutin dilakukan untuk membangun kekeluargaan dan kekuatan diantara
anggota suku. Upacara ini dilakukan dengan cara memberi makanan berupa buah,
daging dan syur kepada anggota suku yang kekurangan.
Suku asli Arab di Libya berawal dari suku Bani Hilal dan suku Bani
Salim, mereka adalah suku yang berasal dari Jazirah Arab yang melakukan
perjalan ke Mesir atas perintah dinasti Fatimiyah pada abad ke 10. Dari kedua
suku tersebut menghasilkan beberapa suku yang asli dan yang sudah bercampur dengan
suku lain.
Suku Berber di Libya diperkirakan tersebar di sekitar timur dan
barat Libya serta gurun Sahara. Ibnu Khaldun dalam karyanya menyatakan bahwa
suku Berber terdiri dari dua kelompok utama yaitu kelompok Beranes dan Madghis.
Berber adalah campuran kedua kelompok utama tersebut, setelah itu Berber
memiliki keturunan yang disebut Mazhig atau Tamazhig.
Yahudi datang ke Libya jauh sebelum datangnya Islam ke Libya.
Yahudi yang terdapat di Libya dibagi menjadi dua kelompok yaitu Yahudi Berber
dan Yahudi Semit. Yahudi Berber lebih dikenal dengan nama Nafusa di wilayah
Tripoli sedangkan Yahudi Semit yang datang ke Libya berasal dari Spanyol.
Karaghila adalah nama yang diberikan kepada golongan campuran
antara pasukan Janisari Turki Ottoman dengan orang Arab atau Berber. Kelompok
ini bermukim di Tripoli, Mesratha dan Zliten. Kelompok ini merupakan
orang-orang yang bekerja dibawah birokrasi Turki Ottoman sebagai tentara,
petugas pajak dan pegawai negeri.
B.
Suku Berber
Selatan
Suku Berber di Libya tersebar di timur, barat dan selatan Libya.
Suku Berber pada wilayah selatan hidup di gurun Sahara. Salah satu suku Berber
yang hidup di wilayah selatan adalah suku Tuareq.
a.
Tuareg
Tuareq (الطوارق), Twareq, Twareg,
Imushagh, Imuhaq. Suku Tuareg merupakan suku Berber terbesar di wilayah gurun
Sahara. Suku Tuareg berada disekitar oase Ghadames dan Ghat. Anggota suku
Tuareg berbicara dengan bahasa Berber, mereka disebut Tamasheght atau Tamaheqt.
Suku Tuareq memiliki sebutan Kel Tamaqeht atau “Suara dari Tamazight” yang memiliki
makna “Penutur bahasa Berber”. Bahasa Berber terdiri dari 40 bahasa utama.
Nama Tuareq menurut sejarawan Ibn Khaldun bersal dari suku Berber
Targa yang merupakan nama lampau dari Fezzan dan merupakan kelompok turunan
dari kelompok Berber Sanhaja yang telah bermukim di Fezzan pada masa Ibn
Khaldun. Suku purba Berber Garamantes adalah
nenek moyang dari suku Tuareq Fezzan di selatan Libya.
Suku Tuareg adalah suku yang nomaden dan tempat tinggal mereka
berada di gurun Sahara. Suku Tuareq disebut sebagai “Orang Biru Sahara”, hal
ini karena kain yang digunakan oleh suku Tuareq untuk menutupi kulit mereka
dari panas berwarna indigo. Ciri khas dari orang-orang Tuareg adalah Jilbab atau
tagelmoust. Suku Tuareg selain dikenal sebagai orang Biru Sahara, dikenal juga
sebagai "Kel Tagelmoust" yang memiliki makna “Orang yang Berjilbab”.
Asal-usul jilbab tersebut belum dapat diketahui, namun dari fungsinya dapat
digunakan sebagai pelindung dari
panasnya gurun pasir dan angin selama perjalanan dari oase ke oase lain.
Setelah beberapa generasi, jilbab tersebut ternyata digunakan oleh kaum
laki-laki Tuareq, hal ini dapat dilihat ketika saat makan di dalam tenda
mereka, mereka makan dan minum lewat bawah jilbab. Sebuah hipotesis menjelaskan
bahwa kaum perempuan suku Tuareq tidak memakai jilbab karena mereka tidak
terpapar langsung oleh panasnya sinarmatahari dan angina.
Suku Tuareg adalah orang Berber berjiwa nomaden, pada awalnya
menguasai seluruh Sahara, termasuk bagian dari Libya, Aljazair, Maroko, Mauritania,
Niger, Mali dan Burkina Faso. Hanya sedikit saja keluarga yang masih hidup
nomaden di wilayah Acacus di Libya.
Ciri khas suku Tuareg adalah berpostur tinggi, gagah, berani, jika melangkah
lambat berbarengan dengan untanya, dan tombak membawa tombak. Mata mereka pada umumnya
gelap dan tajam. Perempuan Tuareg memiliki kulit tembaga, mata hitam besar,
hidung berbentuk halus, dan rambut panjang anyaman.
Oric Bates mengatakan bahwa suku nomaden modern sangat kuat dan sehat, makan dan minum sesuai dengan
kebutuhan, dan dapat berjalan 60 km dalam dua hari dengan bekal beberapa kurma
kering dan beberapa kantong air. Suasana Sahara yang cenderung sunyi menimbulkan
rasa kebebasan. Rasa kebebasan tersebut terancam hilang, karena banyaknya
bangsa asing yang masuk ke wilayah mereka untuk melakukan pembangunan di
wilayah mereka.
Sebuah Tari kuno yang, menceritakan tentang sebuah pembelajaran
dari generasi tua ke generasi muda. Pada awal tarian menceritakan tentang
kegagalan generasi muda, kemudian karena bekerja dengan baik maka generasi muda
tersebut pergi mencari kehidupannya sendiri. Makna tarian ini adalah tentang
kerja keras dan kesabaran.
No comments:
Post a Comment