Peran Khomeini Dalam
Menentukan Arah Politik Luar Negeri Iran
Prinsip politik luar negeri yang dikedepankan oleh Khomeini
adalah neither east nor west, but the Islamic republic dan export of
revolution. Neither east nor west, but Islamic republic merupakan propaganda
Khomeini untuk menyatakan bahwa Iran berbeda dengan negara yang pernah ada.
Konsep wilayatul faqih bukanlah konsep barat atau timur, tetapi bentuk islam.
Yang dimaksud dengan barat disini adalah Amerika Serikat (kapitalisme) dan
timur adalah Uni Soviet (sosialisme).(Rakel:2008:120)
Slogan ini dicanangkan oleh Khomeini sebagai kritik terhadap
demokrasi Barat-yang justru berkembang di dunia Timur. Menurut Khomeini
demokrasi Barat telah merusak dunia Timur, khususnya dunia Islam. Untuk itu
umat Islam harus mengajarkan kepada orang-orang Barat tentang makna demokrasi
yang sebenarnya. Ia menawarkan model baru demokrasi yang dilandaskan pada
ajaran-ajaran Islam dengan menyebut "demokrasi sejati". Bagi Imam
Khomeini, yang dimaksud dengan demokrasi sejati adalah Islam. "inilah
demokrasi. Bukan berasal dari Barat, yang sangat kapitalis, bukan pula
demokrasi yang diterapkan di timur, yang telah melakukan penindasan kepada
rakyat jelata.
Dengan slogan neither east nor west ini, Khomeini ingin
menunjukan bahwa Iran adalah contoh pemerintahan yang terbaik. Karena
berdasarkan pada hukum Tuhan yang diyakininya akan membawa kebaikan. Hal ini
juga menunjukan kebencian Khomeini baik terhadap ideology barat (kapitalisme)
maupun timur (sosialisme) yang ia anggap sebagai alat untuk mendominasi negara
dunia ketiga. Slogan ini menunjukan bahwa Iran adalah negara independent dengan
system pemerintahan sendiri dan untuk mencegah segala bentuk ketergantungan
politik, ekonomi, dan budaya. Hal ini untuk memperingatkan pihak asing agar
tidak terlibat dalam urusan domestic (politik) Iran seperti yang pernah
dilakukan oleh Amerika Serikat di masa dinasti Pahlevi.
Dikeluarkannya slogan ini juga
berkaitan dengan system internasional saat itu yang dibangun atas asumsi sistem
bipolar, terbagi antara Blok Timur dan Blok Barat. Adanya blok ini tidak
memberikan keadilan dan keamanan bagi semua bangsa di dunia, tapi hanya
bertujuan untuk memenuhi kepentingan kedua negara adidaya tersebut
saja. Iran kemudian menjadi anggota aktif dari Gerakan Non-Blok di bawah
Perang Dingin, mengekspresikan oposisi yang kasar terhadap kepentingan kedua
Amerika Serikat dan Uni Soviet di Timur Tengah. Apalagi kedua negara tersebut
memiliki catatan buruk dalam sejarah Iran.
Dengan diterapkannya
prinsip ini, maka Iran berhak untuk menentukan kehidupannya sendiri tanpa perlu
diatur ataupun diarahkan oleh pihak asing. Namun demikian, tidak berarti bahwa
Iran tidak memiliki hubungan internasional dengan pihak asing. Hubungan
diplomatic dengan negara lain sangat diperlukan. Dan Iran sendiri menyadari hal
ini bahwa harus ada hubungan dengan negara lainnya. Terutama dengan
negara-negara muslim. Apalagi ketika berakhirnya perang Iran-Irak, Iran sangat
membutuhkan hubungan dengan negara lain untuk merekonstruksi perekonomian dalam
negerinya.