TANZIMAT DI TURKI
oleh Laila Kholidah
Awal Munculnya Tanzimat
Pada masa itu, ekspansi Barat mulai melanda dunia Islam. Setelah mengincar
daerah-daerah yang berada di pinggiran wilayah Islam, mereka juga mulai
mengarahkan sasarannya ke pusat kekuasaan Islam. Sebagai kekuatan utama Islma,
Turki Utsmani pun termasuk wilayah sasaran Barat. Turki mulai kehilangan
pengaruh dan kekuasaannya di Balkan dan Eropa Timur. Selain itu, Serbia,
Yunani, Moldavia, dan Rumania berhasil mendapatkan hak otonomi penuh untuk
mengatur wilayahnya sendiri. Setelah itu, Turki Utsmani kehilangan kontrolnya
atas wilayah Afrika Utara. Pada Tahun 1831, Aljazair direbut oleh Perancis,
kemudian Mesir di bawah pimpinan Muhammad Ali melepaskan diri dari awal abad ke
19. Kemunduran demi kemundeuran dialami oleh Turki Utsmani melahirkan sebuah
gerakan perubahan yang kemudian bernama Tanzimat.[1]
Kata Tanzimat berasal dari bahasa arab tanzhimat yang berarti
mengatur, menyusun, dan memperbaiki.[2]
Secara terminologi tanzimat adalah suatu usaha pembaharuan yang mengatur,
menyusun, serta memperbaiki struktur organisasi pemerintahan, sosial, ekonomi
dan kebudayaan, Dari segi sejarah, ini dimaksudkan untuk menggambarkan seluruh
gerakan pembaharuan yang terjadi di Turki Usmani pada pertengahan abad ke-19, yang dalam artian disini mengembalikan kesultanan Turki seperti
semula yang ditakuti dan disegani baik lawan maupun kawan, padanan kata
tanzimat sendiri dalam bahasa Inggris yaitu reform yang bermakna “gerakan
pembaharuan”[3] istilah tanzimat berkonotasi pada penataan kembali struktur kemasyarakatan
dan kenegaraan Turki Usmani agar menjadi kembali atau menjadi lebih baik, tanpa
mengadakan perubahan, penggantian atau penghapusan bagian – bagian yang fundamental
dari struktur kemasyarakatan dan kenegaraanya itu sendiri. Namun dalam
prakteknya, gerakan tanzimat ini juga menyentuh hal-hal yang mendasar seperti
yang terlihat dalam penggantian elemen-elemen fundamental keislaman dengan
elemen-elemen yang berasal dari barat.
Gerakan pembaharuan ini bergerak di tiga bidang utama,
yaitu sosial, politik, dan kemiliteran, dengan tujuan utama untuk mengembalikan
kekuasaan dan pengaruh kesultanan Turki Usmani. Tujuan tersebut kemudian
diimplementasikan dengan penggantian sistem-sistem tradisional milik Turki
Usmani dengan sistem baru yang berasal dari negara-negara Eropa. Melalui
sentralisasi pemerintahan, reformasi sistem administrasi dan kemiliteran, serta
sekularisasi sistem sosial budaya,[4] gerakan pembaharuan ini membawa kesultanan Turki Usmani menuju sebuah
wajah baru yang lebih modern, dan liberal. Namun, krisis multidimensi yang
menjadi sasaran utama perubahan tidak berhasil diperbaiki oleh gerakan
pembaharuan ini. Tanzimat tidak hanya terjadi sekali, melainkan gerakan
yang terjadi secara sambung-menyambung mulai dari masa Sultan Selim III.[5]
[1]
Antonio. 2012. Ensiklopedia Peradaban Islam; Istambul, Vol. 7. Jakarta:
Tazkia Publishing, hlm. 171-172.
[3]
Echols, John. Kamus Inggris-Indonesia. 1976. Jakarta: PT. Gramedia
Pustaka Utama. Hal. 473
[4] Andersen,
Roy. Seibert, Robert. Wagner, Jon. Politics and Change in the Middle East:
Souces of conflict and accomodation. 1982. USA: Englewood Cliffs. Hal. 61
[5]
Jamil, Madya Fadlullah. Islam di Asia Barat Modern. 2000. Selangor:
Thinker’s Librarys. Hal 124