FAA’IL (ﻔﺎﻋﻝ )
E. FAA’IL (ﻔﺎﻋﻝ )
Faa’il
(pelaku/subjek) adalah isim marfu’yang terletak setelah fi’il mabni lilma’luum
(ﻔﻌﻝ ﻤﺒﻨﻲ
ﻟﻟﻤﻌﻟﻮﻢ ) yang menunjukkan
kepada pelaku fi’il tersebut, contohnya; ﻘﺎﻢ ﺍﻠﺮﺠﻞُ =seorang laki-laki
telah berdiri (kata Rajulu adalah subjek marfu’ tandanya adalah dhamma pada
akhir kata), ﺤﺿﺮﺍﻠﻂﺎﻠﺒﺎﻦ =telah datang dua orang siswa
(Thaalibaani adalah faa’il, tanda rafa’nya adalah Alif karena Mutsanna)
dan ﺤﺿﺮﺍﻠﻤﺪ
ﺮﱢﺴﻮﻦ=telah datang banyak guru
(mudarrisuuna adalah faa’il marfu’ dengan Wau karena ia jamak mudzakka saalim).
Lihat juga : MEMPERKENALKAN DIRI VERSI ARAB
Faa’il
terdiri dari Isim Mu’rab seperti yang ada pada contoh di atas, atau terdiri
dari Isim mabni (Dhamir, baik yang nampak ﻈﺎﻫﺮ maupun yang
tersembunyi ﻤﺴﺗﺘﺭ atau isim Isyarah dan Isim maushul),
contohnya ﺟﻠﺴﺖُ =saya telah duduk ( Taa’ –tu- adalah
Dhamir mabni yang menempati posisi rafa’ karena ia faa’il), ﺍﻠﺭﺟﻞُ ﺤﺿﺮ =telah datang
seorang lelaki (rajulu adala mubtada marfu’ dengan dhamma – hadhara adalah
fi’il maadhi dan faa’ilnya dhamir yang tersembunyi yaitu ﻫُﻮ (dia) jumlah fi’il
dan faa’il menempati posisi rafa’ karena khabar mubtada), ﻧﺠﺢ ﻫﺫﺍ ﺍﻟﻂﺎﻠﺐ =telah lulus
pelajar ini (kata haadza isim isyarah mabni menempati posisi marfuu’
karena faa’il), ﺠﺎﺀ
ﺍﻠﺬﻱ ﻜﺘﺏ =telah datang yang
menulis ( kata alladzi isim maushul mabni pada posisi rafa’ karena ia faa’il).
Faa’il
juga terdiri dari Mashdar yang ditakwil dari An dan fi’ilnya (ﺃﻦْ ﻮﺍﻠﻔﻌﻝ ) atau dari Anna
dan isim serta khabarnya (ﺃﻦﱠ
ﻮﺇﺴﻤﻬﺎ ﻮﺧﺑﺮﻫﺎ ), contohnya ﺃﺭﻴﺪ ﺃﻦْ ﺃﺫﻫﺏَ =saya mau pergi,
ditakwilkan/fi’il tersebut dijadikan Mashdar menjadi (ﺃﺭﻴﺪ ﺫﻫﺎﺒﺎ ), ﺴﺭﱠﻧﻲ ﺃﻨﻚ ﻨﺟﺤﺕ =saya bergembira
bahwa engkau telah lulus, Isim dan khabar Anna dijadikan Mashdar menjadi (ﺴﺭﱠﻧﻲ ﻨﺟﺎﺤﻚ ).
Apabila
faa’ilnya menunjukkan pada Muannats (feminis) maka ditambahkan atas fi’il,
huruf Ta ta’nits yaitu huruf Ta Sukun pada akhir fi’il Madhi dan Ta
Mutaharrikah di depan fi’il Mudhaari’, contohnya ﺴﺎﻔﺭﺕْ ﻔﺎطﻤﺔُ =Fatimah telah
pergi.
Wajib
menambahkan Ta Ta’nits atas fi’il jika faa’ilnya adalah isim dhahir yang
menunjukkan pada muannats haqiqi ( ﻤﺆﻧﺙ ﺤﻘﻴﻘﻲ yaitu setiap
isim yang menunjukkan pada betina baik manusia dan binatang yang melahirkan
atau bertelur) dan tidak terpisah dengan fi’ilnya. Contohnya (ﺴﺎﻔﺭﺕْ ﻔﺎطﻤﺔُ). Atau fi’il itu wajib
ditambahkan Ta Ta’nits jika faa’ilnya adalah Dhamir tersembunyi yang
dikembalikan kepada Muannats haqiqi atau Majazi ( ﻤﺆﻧﺙ ﻤﺟﺎﺯﻱ yaitu setiap isim
yang menunjukkan kepada bukan muannats haqiqi dimana orang Arab
memberlakukannya sebagai muannats, misalnya ﺷﻤﺱ matahari),
contoh ﺯﻴﻨﺏ ﺤﺿﺮﺖْ =Zainab telah datang (faa’ilnya
dhamir tersembunyi kembali ke muanats haqiqi yaitu Zainab), ﺍﻟﺸﻤﺲ ﻂﻠﻌﺖْ =matahari terbit
(Faa’ilnya dhamir tersembunyi yang kembali ke muannats majazi yaitu syams).
Boleh
menta’nitskan fi’il atau tidak menta’nitskannya apabila faa’ilnya dipisahkan
dari fi’ilnya oleh suatu kata, contohnya ﺴﺎﻔﺮﺖْ ﺃﻤﺲ ﻔﺎﻂﻤﺔ danﺴﺎﻔﺮﺃﻤﺲ ﻔﺎﻂﻤﺔ .
Lihat juga : MENANYAKAN KABAR DALAM BAHASA ARAB
F.
NAAIBUL FAA’IL (ﻨﺎﺌﺏﺍﻠﻔﺎﻋﻝ )
Naaibul
faa’il adalah isim marfu’ yang terletak setelah fi’il mabni lilmajhuul ( ﻔﻌﻞ ﻤﺑﻧﻲ ﻟﻟﻤﺠﻬﻭﻝ ) kemudian
menempati posisi faa’il setelah faa’ilnya dihilangkan, baik karena sudah
diketahui faa’ilnya atau tidak/belum diketahui ataupun karena takut menyebutkan
subjeknya. Contohnya ﺿُڕﺐَ
ﻤﺤﻤﺪٌ =Muhammad telah
dipukul. Dari segi arti kita akan lebih dapat membedakan antara Fi’l mabni
ma’lum dan mabni majhuul yaitu bentuk aktif dan pasif.
Fi’il dinamakan mabni lilma’luum
karena faa’ilnya disebutkan dalam klimat sehingga diketahui dengan jelas
subjeknya. Dinamakan mabni majhuul karena faa’ilnya dihapus sehingga tidak
diketahui subjeknya. Pada contoh ini ﺿُڕﺐَ ﻤﺤﻤﺪٌ Muhammad adalah
Naibul faa’il marfu’ dengan dhamma, asalnya adalah ﺿﺮﺏ ﺍﻠﻤﺪﺭﱢﺱُ ﻤﺤﻤﺩًﺍ =guru memukul
Muhammad. Di saat faa’ilnya (mudarris) dihilangkan karena telah diketahui maka
jadilah fi’ilnya mabni majhuul dan maf’ulun bih (objek) berubah menempati
tempat faa’il sehingga dinamakan Naibul faa’il (pengganti faa’il).
Cara
merubah bentuk fi’il mabni ma’lum menjadi majhuul yaitu;Apabila fi’il
madhi maka diberi harakat Dhamma pada huruf pertama dan diberi harakat
kasrah pada huruf sebelum huruf terakhir, misalnya ﺿﺮﺏ=memukul, menadi ﺿُڕﺐَ =dipukul. Apabilafi’ilnya
dimulai dengan huruf Ta maka huruf pertama (Ta) dan huruf kedua diberi harkat
dhamma dan kasrah pada huruf sebelu huruf terakhir, misalnya ﺗَﺴﻟّﻢ =menerima, menjadi ﺗُﺴُﻟﱢﻢ=diterima. Apabilahuruf
sebelum terakhirnya adalah Alif maka huruf alifnya diubah menjadi Ya dan
mengkasrah huruf sebelumnya, misalnya ﻗﺎﻝ=berkata, diubah
menjadi ﻘِﻴْﻝ=dikatakan. Apabila fi’il
mudhaari’ maka diberi harakat dhamma pada huruf pertama dan memberi harakah
fatha pada huruf sebelum huruf terakhir, misalnya ﻴﻀﺮﺏ menjadi ﻴُﻀﺮَﺏ .Apabila huruf
sebelum terakhir adalah Ya atau Wau maka diubah menjadi Alif, misalnya ﻴُﺒِﻴْﻊ =menjual,
menjadi ﻴﺒﺎﻉ , dan ﻴﺼﻮﻡ =puasa,
menjadi ﻴُﺼﺎﻡ .
Fi’il mabni
ma’lum yang akan diubah menjadi mabni majhul adalah fi’il muta’addi
( ﻔﻌﻝ
ﻤﺘﻌﺪﱢﻱ=yaitu fi’il yang
membutuhkan objek baik objeknya satu ataupun lebih) atau bisa juga fi’il Laazim
( ﻔﻌﻝﻻﺯﻢ =fi’il yang tidak membutuhkan objek
–maf’ulun bih). Jika fi’ilnya mempunyai satu maf’ulun bih ( ﻤﻔﻌﻭﻝٌ ﺒﻪ / objek) maka
dihilangkan faa’ilnya kemudian merafa’ maf’ulun bihnya sebagai Naibul faa’il,
seperti pada contoh di atas. Jika fi’il itu mempunyai banyak maf’ul
bih maka dihilangkan faa’ilnya dan merafa’ maf’ulun bih pertama, sedangkan
maf’ulun bih lainnya tetap pada posisi semula yaitu Nashab. Contohnya; ﺃﻋﻂﻰ ﺍﻟﻤﺩ ﺭﱢﺲ ُﺍﻟﻨﺎﺟﺢَ ﺠﺎﺋﺯﺓً =guru memberi hadiah bagi yang lulus (An-Naajiha adalah
Maf’uul pertama dan Jaaizatan adalah maf’uul ke dua), perubahannya menjadi ﺃُﻋﻂﻲَ ﻟﻨﺎﺠﺢُ ﺟﺎﺋﺯﺓً =orang lulus
diberikan hadiah (dihilangkan faa’ilnya -mudarris- kemudian merafa’ maf’ul
pertama yaitu an-Naajih sebagai Naibul faa’il dan Maf’ul kedua –Jaaizatan-
tetap pada posisi semula yaiu Nashab dengan fatha). Jika fi’ilnya adalah fi’il
laazim, dihilangkan faa’ilnya dan Naaibul faa’ilnya adalah Mashdar atau Dzharf
atau Jarr Majruur. Contohnya ﻴُﺘﻨﺯﱠﻩ ﻔﻲ ﺍﻟﺤﺪﺍﺋﻖ =bertamasya di
taman/kebun (Fil hadaaiqi adalah Naaibul faa’il dari Jarr Majruur asalnya
adalah ﻴَﺘﺘﻨﺯﱠﻩ ﺍﻟﻨﺎﺲُ
ﻔﻲ ﺍﻟﺤﺪ ﺍﺌﻕ =orang-orang
bertamasya di taman, dihilangkan faa’ilnya – an-naas- dan jar majruur menjadi
Naibul faa’il).
Naaibul faa’il bisa terdiri dari Isim
Mabni (dhamir, baik dzhahir atau mustatir, isim isyarah dan ism maushul),
contohnya ﻀُﺮﺏ
ﻫﺫﺍ ﺍﻟﻮﻟﺪ =anak in dipukul
(Naib faa’ilnya adalah Haadza –isim isyarah-), ﺍﻟﻮﻟﺪُ ﻀُﺮﺏ=anak ini dipukul (Naib
faa’lnya adalah dhamir mustatir taqdirnya adalah Huwa kembali ke al-walad).
Bisa juga terdiri dari Mashdar muawwal An dan Fi’ilnya juga Anna dan
isim serta khabarnya, misalnyaُﻋﺮﻒ
ﺃﻨﻚَ ﻤﺠﺘﻬﺪٌ =telah diketahui
bahwa kamu itu rajin (menjadi ﻋُﺮﻒَ ٳﺠﺘﻬﺎﺪُ ﻚ ). Atau terdiri
dari Mashdar ( ﻤﺼﺪَﺭ), Dzharf (ﻈﺮﻑ), dan Jarr majruur
( ﺟﺮﻮﻤﺟﺮﻮﺮ) bagi fi’il yang tidak mempunyai maf’ulun
bih (fi’il Laazim). Contohnya; ﺃُﻗﺒﻞ ﺇﻘﺒﺎﻞٌ ﺷﺪ ﻴﺪٌ (Iqbaal adalah
Naibul faa’il dari mashdar).
Lihat juga : SAPAAN DALAM BAHASA ARAB
G. KAANA
dan KAWAN-KAWANNYA( ﻜﺎﻦ
ﻮﺃﺧﻮﺍﺘﻬﺎ )
Kaana dan kawan-kawannya masuk ke
dalam Mubtada dan Khabar yang mana akan merubah I’rab dan kedudukannya, Apabila
mubtada dan khabar dimasuki oleh Kaana atau salah satu kawannya maka mubtada
menjadi Isim Kaana yang harus dirafa’ dan khabar menjadi khabar kaana yang
harus dinashab, dengan kata lain, Kaana dan kawan-kawannya merafa’ Isim dan
menashabkan Khabar. Misalanya mubtada khabar ﻤﺤﻤﺪٌ ﻨﺎﺟﺢٌ =Muhammad lulus,
pada saat kalimat tersebut dimasuki oleh kaana atau salah satu kawannya maka
berubah menjadi ﻜﺎﻦ
ﻤﺤﻤﺪٌ ﻨﺎﺟﺤﺎً =adalah Muhammad
orang yang lulus (mubtada dirafa’ karena berubah menjadi isim kaana dan khabar
dinashab karena ia adalah khabar kaana –bukan kabar mubtada).
Adapun
kawan-kawannya kaana adalah ﺃﺼﺒﺢ=menjadi/pagi-pagi,ﺃﺿﺤﻰ =Menjadi/Pagi-pagi, ﻆﻞﱠ=masih, ﺃﻤﺴﻰ =menjadi/sore, ﺒﺎﺖ=lewat/nginap, ﺼﺎﺮ=menjadi, ﻟﻴﺲ=bukan/tidak, ﻤﺎﺰﺍﻝ ﻤﺎﺒﺮﺡ=masih, ﻤﺎﺃﻨﻔﻚ=masih, ﻤﺎﻔﺘﺊ=masih, ﻤﺎﺪﺍﻢ=selama/selagi. Contohnya; ﺃﺼﺒﺤﺕْ ﺍﻟﺸﺠﺮﺓُ ﻤﺛﻤﺭًﺓ=pohon menjadi/telah
berbuah, ﺃﻤﺴﺕْ
ﺍﻟﺴﻤﺎﺀُ ﻤﻤﻁﺭﺓً =langit menjadi
mendung/hujan. ﻟﻴﺱﺍﻟﻧﺠﺎﺡُﺴﻬﻼً =kelulusan itu tidaklah mudah, ﻤﺎﺰﺍﻞ ﺍﻟﻁﻔﻞُ ﻨﺎﺋﻤًﺎ =bayi itu masih
tidur, ﻻﺘﻌﺒﺭﺍﻟﺷﺎﺮﻉ
ﻤﺎﺪﺍﻤﺖ ﺍﻹﺸﺎﺮﺓُ ﺤﻤﺭﺍﺀ =jangan menyebrangi
jalan selagi lampu merah. Kesemua kawan kaana adalah fi’il yang kadang
mempunyai arti yang sempurna bukan sebagai kata Bantu dan tidak membuuhkan
khabar, misalanya ﺴﺄُﺘﺎﺒﻊ
ﺃﺧﺒﺎﺭﻩ ﺃﻴﻨﻤﺎ ﻛﺎﻦ=saya akan mengikuti
perkembangan kabarnya dimanapun ia berada, kaana di sini berarti berada.
Begitupula dengan kawan-kawannya yang lain.
Af’aal
al-muqaarabah seperti ﻜﺎﺪ, ﻜﺮﺏ , ﺃﻮﺷﻚ =hampir, dan Af’aal
ar-Rajaa, sepeti ﻋﺴﻰ , ﺤﺮﻱ, ﺃﺨﻠﻮﻟﻖ =boleh jadi/semoga,
termasuk juga ke dalam kategori akhwaat kaana.
H. INNA
dan KAWAN-KAWANNYA ( ﺇﻦﱠ ﻮﺃﺧﻮﺍﺘﻬﺎ )
Inna dan kawan-kawannya juga masuk ke
dalam Mubtada dan Khabar yang mana akan merubah I’rab dan kedudukannya. Inna
dan kawan-kawannya menashab mubtada dan dinamakan Isim Inna, sedangkan
khabarnya dirafa’ dan dinamakan khabar Inna. Contohnya; ﺇﻦﱠ ﺯﻴﺪًﺍ ﻨﺎﺟﺢٌ=sesungguhnya Zaid itu
lulus (Zaid dinashab dengan fatha karena ia Isim Inna sedangkan Naajihun
dirafa’ karena ia khabar Inna).
Adapun kawan-kawan Inna adalah ﺃﻦﱠ =sesungguhnya
(untuk mempertegas/memperkuat) contohnya, ﻴﺴﻌﺪُﻧﻲ ﺃﻦﱠ ﺍﻟﺼﻨﺎﻋﺔَ ﻤﺘﻘﺪﱢﻤﺔٌ ﻔﻲ ﺒﻠﺪ ِﻧﺎ=saya gembira bahwasanya produksi di Negara kita maju, ﻜﺄﻦﱠ=bagaikan, contoh, ﻜﺄﻦﱠ ﻣﺤﻣﺪًﺍ ﺃﺴﺪٌ =Muhammad bagaikan
singa, ﻟﻜﻥﱠ=tetapi (harus ada kalimat sebelumnya)
conoh; ﺍﻟﻜﺘﺎﺏُ ﺼﻐﻴﺮٌ
ﻟﻜﻨﻪُ ﻤﻔﻴﺪٌ =buku itu kecil
tapi banyak manfaatnya, ﻠﻌﻝﱠ =Moga-moga/mudah-mudahan
(mengharapkan sesuatu yang mungkin terjadi),contohnya; ً ﻟﻌﻞﱠ ﺍﻟﺟﻮﱠ ﻤﻌﺘﺪ ﻝٌ ﻏﺪﺍ =semoga besok
cuacanya baik-baik saja, ﻟﻴﺕ =moga-moga (harapan yang jauh /
kemungkinan kecil terjadinya), contohnya; ﻟﻴﺕ ﺍﻟﻤﺴﺎﻔﺮ ََﻗﺎﺪﻢٌ =semoga orang yang
pergi itu segera datang, ﻻ =Tiada, contoh ﻻﺴﺭﻮﺭَﺪﺍﺌﻢٌ =tiada
kebahagiaan yang kekal.
I. MAF’UULUN
BIH (ﻤﻔﻌﻮﻞٌ ﺒﻪ )
Maf’uulun bihi (objek) adalah Isim
manshub yang menunjukkan atas sesuatu atau seseorang yang dilaksanakan oleh
subjek atau Isim yang menunjukkan atas sesuatu objek. Contohnya ﺃﻜﻝ ﺯﻴﺪ ﺍﻟﺮﺯﱠ =Zaid makan Nasi
(objeknya adalah nasi). Hukum maf’ulun bihi selalu mansub dengan fatha, atau
manshub dengan Ya jika ia jamak mudzakkar saalim. Contohnya; ﺿﺮﺏ ﺍﻟﻮﺍﻟﺪُ ﻮﻟﺪَ ﻩ =oang tua itu
memukul anaknya (walada manshub dengan fatha), ﺗﻜﺮّﻡ ﺍﻟﺠﺎﻤﻌﺔُ ﺍﻟﻨﺎﺟﺤﻴﻥ =universitas
memberika penghargaan bagi yang lulus (naajihiina manshub dengan Ya karena ia
jamak mudzakkar saalim).
Terkadang ada beberapa kata kerja
yang membutuhkan atau memiliki objek lebih dari satu, Misalnya; ﻈﻦﱠ =mengira,
contoh; ﻇﻨﻨﺖُ
ﻤﺤﻤﺪًﺍ ﻨﺎﺋﻤﺎ=saya kira Muhammad
tidur, Muhammad adalah maf’uul pertama dan Naaiman adalah maf’uul kedua.
Maf’uulun bih terdiri dari Isim
mu’rab sebagaimana pada contoh di atas, bisa juga dari Isim mabni
(Dhamir muttashil dan Munfashil, Isim isyarah, isim maushul dan lain-lain),
contoh; ﺮﺃﻴﺘﻚ =saya telah melihatmu (Kaaf dhamir
muttashil manshub karena maf’ulun bih). Atau bisa juga terdiri
dari Mashdar yang ditakwilkan dari An dan Fi’ilnya juga Anna dan
isim serta khabarnya.
Wajib mendahulukan maf’uulun bih atas
faa’ilnya jika maf’ulnya adalah dhamir munfashil, contohnya ( ﺇﻴﺎﻚ ﻨﻌﺒﺪ ﻭﺇﻴﺎﻚ ﻨﺴﺗﻌﻴﻥ ).
J.
MAF’UUL AL-MUTHLAQ (ﺍﻟﻤﻔﻌﻮﻞ
ﺍﻟﻤﻂﻠﻖ )
Maf’uul Muthlaq adalah isim manshub
yang berasal dari lafadz fi’il (mashdar) yang disebutkan bersamanya dengan
tujuan untuk memperkuat dan mempertegas ucapan dan kalimat, atau mejelaskan
macam dan jumlahnya. Contohnya; ﺤﻔﻆﺖُ ﺍﻟﺪﺭﺱَ ﺤﻔﻆﺎ =saya benar-benar
telah menghafal pelajaran (hifdzan adalah maf’ul muthlaq untuk memperkuat
fi’il, manshuub dengan fatha), ﻴﺪﺍﻔﻊ ﺍﻟﺷﻌﺏُ ﺤﺭﱢﻴﺘﻪ ﺪﻔﺎﻉَ ﺍﻷﺑﻁﺎﻞِ=warga membela kebebasannya dengan pembelaan yang patriotis
(difaa’a adalah maf’uul muthlaq untuk menjelaskan macamnya, manshuub dengan
fatha), ﺿﺮﺑﺘﻪ
ﺿﺮﺑﺔً ﻮﺍﺤﺪ ﺓً =saya memukulnya
satu kali pukulan (dharbatan maf’uulun muthlaq yang menjelaskan jumlah manshub
dengan fatha). Dari conto-contoh di atas jelaslah bahwa hukum maf’uul muthlaq
adalah Manshuub.
Kadang
maf’uul muthlaq tidak berasal dari fi’ilnya melainkan dari kata yan menunjukkan
padanya seperti ﻛﻝﱡ =setiap/semua ﺑﻌﺽُ=sebagian,
contohnya; ﺃﺤﺘﺮﻤﻪ
ﻛﻝﱡ ﺍﻹﺤﺘﺮﺍﻢ =saya
menghormatinya dengan seluruh penghormatan (kulla maf’uulun muthlaq mansub
dengan fatha, al-ihtiraami mudaaf ilayhi majrur dengan kasrah). Atau maf’uul
muthlaq berasal dari mashdar yang sinonim dengan fi’il.
K. MAF’UUL
LI AJLIH( ﺍﻟﻤﻔﻌﻭﻝ
ﻷﺟﻟﻪ )
Maf’uul li ajlihi adalah isim manshub
yang disebutkan setelah fi’il untuk menjelaskan sebabnya. Contohnya ﺤﺿﺮﻋﻟﻲٌ ﺇﻜﺮﺍﻤﺎً ﻟﻤﺤﻤﺪ =Ali datang
sebagai/untuk penghormatan terhadap Muhammad (Ikraaman adalah maf’uul li ajlihi
manshub dengan fatha).
Hukum
asal dari pada Maf’uulli ajlihi adalah manshub, namun boleh di jarrkan dengan
huruf Lam, akan tetapi I’rabna bukanlah maf’uul li ajlihi melainkan Jarr
majruur yang berhubungan dengan kata atau kalimat sebelumnya. Contohnya : ﺤﺿﺮﻋﻟﻲٌ ﻹﻜﺮﺍﻢِ ﻤﺤﻤﺪ =Ali datang untuk menghormati
Muhammad. (li ikraam adalah jar majruur, bukan maf’uul li ajlihi).
L.
MAF’UUL MA’AH( ﺍﻟﻤﻔﻌﻭﻝ
ﻤﻌﻪ )
Maf’uul ma’ah yaitu isim manshub yang
terletak setelah huruf Wau yang berarti bersama untk menunjukkan atas
kebersamaan. Contoh;ﺇﺴﺘﻴﻗﻈﺖُ
ﻭﺗﻐﺮﻴﺪَ ﺍﻟﻁﻴﻭﺭ =saya bangun dari
tidur bersamaan dengan kicauan burung ( huruf Wau di sini adalah Wau
al-Ma’iyyah , bukan Wau ‘athf, sedangkan taghriida adalah mafuul ma’ah manshub
dengan fatha.
M.
MAF’UUL FIIH (ﺍﻟﻤﻔﻌﻭﻝ
ﻔﻴﻪ )
Maf’uul fiih adalah Isim manshub yang
disebutkan untuk menjelaskan waktu dan tempat fi’il atau sebagai jawaban
terhadap pertanyaan kapan (ﻤﺘﻰ ) dan dimana ( ﺃﻴﻥ) selesainya pekerjaan.
Maf’uulun fiih disebut juga dengan Dharf zaman (keerangan waktu) apabila ia
menunjukkan atas waktu terjadinya fi’il, begitupula disebut Dhrf makaan
(keterangan tempat) apabila menunjukkan atas tempat terjadinya pekerjaan.
Contohnya; ﺴﺎﻔﺭﺖْ
ﺍﻟﻂﺎﺌﺭﺓُُ ﻟﻴﻼً =semalam pesawat
telah berangkat (Lailan adalah dharf zaman manshuub dengan fatha).ﻮﻗﻑ ﺍﻠﻂﺎﻟﺏ ُﺃﻤﺎﻢَ ﺍﻟﻔﺼﻝِ =siswa itu berdiri
di depan kelas (amaama dharf makaan manshuub dengan fatha).
N. HAAL
( ﺤﺎﻝ )
Haal
(keadaan) adalah Isim nakirah Manshub yang menjelaskan bagian faa’il dan
maf’uul pada saat terjadinya pekerjaan, atau Hal adalah jawaban atas pertanyaan
bagaiman ( ﻛﻴﻒ ) terjadinya fi’il. Faa’il atau
maf’uulun bih nya disebut dengan Shahibul haal yang harus selalu Ma’rifat.
Contohnya; ﺷﺮﺒﺖ
ُﻘﺎﺌﻤﺎ=saya minum dalam keadaan
berdiri (Qaaiman adalah Haal manshuub yang menjelaskan keadaan faa’ilnya yaitu
saya). ﺸﺮﺑﺖ ﺍﻟﻤﺎﺀَ
ﺼﺎﻔﻴﺎ =saya meminum air
yang bersih/jernih (Shaafiyan adalah Haal yang mansuub karena ia menjelaskan
keadaan dari Maf’ulun bihnya yaitu air). ﻋﺎﺪﺖْ ﺍﻟﻂﺎﺌﺮﺓُ ﺴﺎﻠﻤﺔً=pesawat itu telah kembal
dengan selamat.
O.
MUSTATSNA ( ﺍﻟﻤﺴﺘﺜﻨﻰ )
Mustatsna (pengecualian) adalah Isim
manshuub yang terletak setelah salah satu dari huruf Istitsnaa.
Contohnya; ﺤﺿﺮﺍﻟﻂﻼﺏ
ﺇﻻﱠ ﺯﻴﺪﺍ =telah datang semua
siswa kecuali Zaid (Zaid adalah Mustatsna – pengecualian – manshuub dengan
fatha). Dan isim yang terletak sebelum huruf istitsnaa dinamakan Mustatsna
minhu (ﻤﺴﺗﺛﻧﻰ ﻤﻨﻪ ).
Huruf-huruf istitsnaa
adalah ﺇﻻﱠ, ﻏﻴﺭ , ﺴﻭﻯ, ﺧﻼ, ﺤﺎﺸﺎ , dan ﻋﺪﺍ . Jika Mustatsna
dengan menggunakan Illa maka Wajib menashab Mustatsnaa jika kalimat itu positif
(tidak negatif) dan disebutkan mustatsna minhunya. Contohnya; ﺤﻀﺮﺍﻟﺭﺠﺎﻞ ﺇﻻ ﱠﺯﻴﺩﺍ=telah datang banyak
laki-laki kecuali Zaid (Zaid adalah mustatsnaa dengan Illa manshuub dengan
fatha). Jika kalimatnya negative maka boleh dinashab mustatsnaa ataupun boleh
di I’rab mengikuti mustatsnaa minhu sebagai badal (pengganti). Contohnya; ﻤﺎ ﻗﺎﻡ ﺃﺤﺪ ﺇﻻﱠ ﺯﻴﺪ ﺍ =Tidak ada
seorangpun yang berdiri kecuali Zaid. Atau ﻤﺎ ﻘﺎﻡ ﺃﺤﺩ ﺇﻻﱠ ﺯﻴﺪٌ =Tidak ada
seorangpun yang berdiri kecuali zaid (dengan merafa’ Zaid).
Jika Mustatsnaa dengan menggunakan
( ﻏﻴﺭ ) dan ( ﺴﻮﻯ ) maka isim yang
berada setelahnya selalu Majruur karena mudhaaf ilaihi, namun secara lafadz
hukumnya sama dengan Mustatsnaa yang menggunakan Illa dalam I’rab.
Contohnya; ﻗﺎﻢَ
ﺍﻟﺮﺟﺎﻞَُ ﻏﻴﺮ ﺯﻴﺪٍ=para lelaki berdiri
kecuali zaid (Ghaira mustatsnaa manshuub dengan fatha, Zaidin mudhaf ilaihi
majruur dengan kasrah). ﻤﺎ
ﻗﺎﻢ ﻏﻴﺮُ ﺯﻴﺪٍ =Tidak ada yang
berdiri kecuali Zaid (Ghairu adalah faa’il marfuu’ dengan dhamma sedangkan
Zaidin adalah mudhaf ilaihi majrur dengan kasrah).
Jika mustatsaa dengan menggunakan ﺧﻼ, ﻋﺪ ﺍ , dan ﺤﺎ ﺷﺎ, maka Ia Manshuub karena
maf’ulun bih dan ketiganya menunjukkan atas fi’il maadhi. Contoh; ﻋﺎﺪ ﺖ ﺍﻟﻂﺎﺌﺭﺍﺖ ﻋﺪ ﺍ ﻂﺎﺌﺮﺓً =pesawat-pesawat itu telah kembali kecuali satu pesawat
(‘Adaa fi’il maadhi mabni dengan sukun dan faa’ilnya dhamir tersembunyi,
sedangkan thaairatan adalah maf’uulun bih manshub dengan fatha). Atau Ia majrur
karena ketiga huruf tersebut pun termasuk huruf jarr.
P.
Al-AF’AAL AL-KHAMSAH ( ﺍﻷﻔﻌﺎﻞ
ﺍﻟﺨﻤﺴﺔ)
Af’aalul khamsah adalah setiap fi’il
mudhaari’ yang bersambungan dengan Alif al-itsnain ( ﺃﻟﻒ ﺍﻷﺜﻨﻴﻦ) untuk menunjukkan
bentuk mutsanna (dua), atau Wawul Jamaa’ah (ﻮﺍﻮﺍﻟﺠﻤﺎﻋﺔ ) untuk menunjukkan
bentuk jamak dan Ya Al-Mukhaathab (ﻴﺎﺀﺍﻟﻤﺨﺎﻂﺑﺔ ) yang menunjukkan
pada ( ﺃَﻨْﺖِ) kamu perempuan. Kelima fi’il mudhaari’
tersebut adalah: Yaf’alaani (ﻴﻔﻌﻼﻥ ), Taf’alaani (ﺘﻔﻌﻼﻥ ), Yaf’aluuna (ﻴﻔﻌﻟﻮﻦ ), Taf’aluuna (ﺗﻔﻌﻟﻭﻦ ) dan Taf’aliina (ﺘﻔﻌﻠﻴﻦ ). Kelima fi’il
mudhaari’ ini apabila Marfu’ maka dengan menyebutkan huruf Nunnya (ﺒﺛﺑﻮﺖ ﺍﻟﻨﻮﻥ ) dan apabila
Manshub atau Majzuum dengan menghilangkan huruf Nunnya ( ﺒﺤﺬﻒ ﺍﻟﻨﻭﻥ). Contohnya; (ﻫﻢ ﻴﻜﺘﺑﻭﻦ =mereka akan
menulis) marfu’ dengan menyebutkan huruf Nunnya, ( ﻴﺮﻴﺪﻭﻦ ﺃﻦ ﻴﻜﺘﺑﻮﺍ =mereka mau
menulis) kata Yaktubuu manshub dengan menghilangkan huruf Nunnya.
Q.
TAMYIIZ ( ﺍﻟﺘﻤﻴﻳﺯ )
Tamyiz adalah Isim nakirah manshub
yang disebutkan untuk menjelaskan maksud dari kata sebelumnya
yang belum jelas, dengan kata lain, tamyiz adalah setiap isim nakirah yang
mengandung arti ﻤﻥ(dari) unuk menjelaskan kata yang ada
sebelumnya. Contohnya; ﺇﺸﺗﺭﻴﺖُ
ﻗﻨﻁﺎﺮًﺍ ﻘﻤﺤﺎً =saya telah membeli
sekuintal gandum. Jika hanya menyebutkan saja, maka orang yang
mendengar atau lawan berbicara akan bertanya-tanya dan belum memahami, apakah
itu sekuintal kacang atau kapas dan lainnya, karena kata sekuintal masih belum
jelas, sehingga pada saat menyebutkan Qamh (gandum) berarti telah menjelaskan
maksud. Kata Qinthaar pada contoh di atas dinamakan ﻤﻤﻴﱢﺯ (mumayyiz) dan kata
Qamh dinamakan ﺘﻤﻴﻴﺯ(tamyiiz).
Mumayyiz
itu terbagi menjadi dua, pertama; Mumayyiz Malfuudzh (ﻤﻤﻴﺯﻤﻟﻔﻮﻇ ) yaitu yang
disebutkan dalam kalimat, seperti Isim Wazan (ﻭﺯﻥ =timbangan),
Contohnya; ﺇﺸﺘﺭﻴﺖ
ﺪﺮﻫﻤﺎ ﺫﻫﺑﺎ=saya telah membeli 2,171
gram emas. Isim Kayl ( ﻜﻴﻝ =takaran), contoh; ﺑﺎﻉ ﺍﻟﻔﻼﺡ ﺃﺭﺪﺒﺎ ﻘﻤﺤﺎ =petani itu menjual
satu ton gandum). Isim masaahah ( ﻤﺴﺎﺤﺔ=ukuran luas),
contoh; ﺯﺮﻋﺖ
ﻔﺪﺍﻨﺎ ﺸﻌﻴﺮﺓ =saya menanam
sehektar gandum. Isim ‘Adad (ﻋﺪﺪ =angka/jumlah), contoh; ﻴﺘﺭﻜﺏ ﺍﻟﻴﻭﻡ ﻤﻥ ﺃﺮﺑﻊ ﻭﻋﺷﺮﻴﻥ ﺴﺎﻋﺔ =satu hari terdiri dari 24 jam. Kedua; Mumayyiz
Malhuudzh ( ﻤﻤﻴﺯﻤﻟﺤﻮﻇ ) yaitu yang tidak disebutkan
mumayyiz dan tamyiznya terambil dari mubtada atau faa’il dan maf’uuln bih.
Contohnya; ﺍﻠﻤﺪﺭﱢﺲُ
ﺃﻜﺛﺮﻤﻥ ﺍﻟﻁﺎﻟﺏِ ﺨﺑﺮﺓً =pengalaman
guru lebih banyak dari siswa (khibratan adalah tamyiiz manshuub dengan fatha),
asal kalimat di atas adalah ﺨﺑﺮﺓُ ﺍﻟﻤﺪﺮﱢﺱ ِﺃﻜﺛﺮ ﻤﻥ ﺨﺑﺮﺓِ ﺍﻟﻂﺎﻟﺏِ (tamyiznya adalah peruahan dari mubtada).
Jika
tamyiznya Malhuudzh maka hukum I’rabnya selalu manshuub sebagaimana pada contoh
di atas. Jika tamyiznya Malfuudzh maka ia selalu manshuub jika mumayyiznya
adalah Isim Wazan, Kayl dan Masahah, seperti pada contoh di atas, dan tamyiiz
Malfuudzh boleh dijarrkan sebagai mudhaf ilaihi atau majrur dengan menambahkan
huruf ﻤﻥ (min). contohnya; ﺇﺷﺘﺭﺖُ ﺠﺮﺍﻤﺎً ﺫﻫﺑﺎ =saya telah membeli
satu gram emas, boleh di-idhafkan menjadi ﺇﺷﺘﺭﻴﺖُ ﺠﺮﺍﻤﺎ ﺫﻫﺐٍ (dzahabin majrur dengan
kasrah karena mudhaf ilaihi) dan ﺇﺷﺘﺭﻴﺖُ ﺠﺮﺍﻤﺎ ﻤﻥ ﺫﻫﺐٍ(majrur leh huruf jar
yaitu min).
Jika tamyiznya adalah ‘Adad atau isim
nakirah yang terletak setelah angka, maka ia haruslah jamak dan selalu majrur
(dikasrahkan) apabila tamyiznya terletak setelah angka 3 (tiga) hingga 10
(sepuluh), contohnya; ﺭﺃﻴﺖ
ُﺃﺮﺒﻌﺔَ ﺮﺠﺎﻞٍ =saya telah melihat
empat orang lelaki (kata Rijaalin (laki-laki) adalah jamak, ia adalah Tamyiz
majruur dengan kasrah). Apabila tamyiznya terletak setelah angka 11 (sebelas)
hingga 99 (sembilan puluh sembilan) maka ia haruslah Mufrad (tunggal) dan harus
Manshuub, contohnya; ﻔﻲ
ﺍﻠﻔﺼﻞ ِﺜﻼﺜﺔُ ﻮﺜﻼ ﺜﻭﻦ ﻁﺎﻟﺒﺎً =di dalam
kelas ada 33 siswa (thaaliban adalah mufrad, ia dinashabkan karena tamyiiz).
Apabila Tamyiznya terletak setelah angka 100 (seratus) hingga 1000 (seribu) dan
seterusnya, maka tamyiznya adalah Mufrad (tunggal) dan harus selalu Majruur,
contohnya; ﺤﺿﺮﺃﺭﺑﻌﻤﺎﺋﺔ
ﺷﺎﺐٍ =telah datang 400
pemuda (Syaabin – pemuda – mufrad majruur dengan kasrah karena ia Tamyiiz).
R. YANG
MENGIKUTI HUKUM I’RAB KATA SEBELUMNYA (ﺘﺎﺒﻊ )
Tabi’
jamknya adalah Tawaabi’ yaitu kata-kata yang mengikuti hukum I’rab kata yang
ada sebelumnya, yang mana bisa saja kata tersebut Marfu’ atau Manshub dan
Majruur karena mengikuti I’rab kata sebelumnya.
Tawaabi’ itu terbagi menjadi empat,
yaitu : An-Na’tu ( ﺍﻟﻨﻌﺖ), Al-’Athfu ( ﺍﻟﻌﻂﻒ), At-Tawkiid (ﺍﻠﺘﻭﻜﻴﺪ ) dan Al-Badal (ﺍﻟﺑﺪ ﻝ ).
An-Na’t (ﺍﻟﻨﻌﺖ) yaitu kata yang
menunjukkan atas sifat terhadap kata yang berada sebelumnya, Contohnya; Telah
datang seorang lelaki yang mulia= ﺠﺎﺀَ ﺍﻠﺮﺟﻞُ ﺍﻟﻜﺮﻴﻢُ , kata alkariimu
adalah na’at (sifat) kepada lelaki (rajul) yang marfuu’ dengan dhamma sehingga
kata al-kariimu dibaca rafa’ karena mengikutinya.
Al-Athf (ﺍﻟﻌﻂﻒ) Yaitu kata yang
mengikuti kata sebelumnya dan diperantarai oleh salah satu dari huruf ‘Athf
: ﺍﻟﻮﺍﻮ , ﺍﻟﻔﺎﺀ , ﺛﻢﱠ , ﺃﻭ , ﺃﻢ , ﻻ , ﻟﻜﻥ, ﺑﻞ, ﺤﺘﻰ . Contohnya; ﺠﺎﺀ ﻤﺤﻤﺪٌ ﻮﺤﺴﻦٌ ﻭﺨﺎﻠﺩ =Telah datang
Muhammad dan hasan dan khalid. Hasan dan Khalid dibaca rafa’ karena mengikuti
I’rab kata sebelumnya.
At-Tawkiid (ﺍﻠﺘﻭﻜﻴﺪ ) yaitu isim yang
disebutkan untuk memperkuat dan menegaskan serta menghilangkan keraguan yang
ada pada pendengar terhadap kata yang berada sebelumnya, contohnya; ﺟﺎﺀ ﺍﻠﻮﻟﺪُ ﻧﻔﺴُﻪ =anak itu telah
datang sendiri. Kata Nafsuhu adalah tawkiid bahwa anak itu benar-benar datang
sendirian/dia sendiri yang datang, dengan maksud memperkuat kata yang ada
sebelumnya yaitu al-walad dimana ia marfu’ sehingga tawkiid yang mengikuti pun
marfu’. Tawkiid terbagi dua: yaitu Tawkiid Lafdzhi (ﻠﻔﻆﻲ ) dan Tawkiid
Ma’nawii (ﻤﻌﻧﻭﻱ) Tawkiid Lafdzhi yaitu dengan mengulangi
lafadzh kata yang dipertegas, contohnya; ﺠﺎﺀ ﺍﻟﻮﺯﻴﺭﺍﻠﻭﺯﻴﺭ =Sungguh telah
datang Menteri, dengan mengulangi lafadzh Waziir. Sedangkan Tawkiid Ma’nawii
yaitu dengan menggunakan kata-kata sebagai berikut: ﻨﻔﺲ , ﻋﻴﻥ , ﺠﻤﻴﻊ , ﻋﺎﻤﺔ ,ﻜﻝﱡ , ﻜﻼ dan ﻜﻟﺗﺎ untuk Mutsanna.
Kata-kata tersebut senantiasa disandangkan dengan dhamir yang sesuai dengan
yang ditawkidka. Contohnya; ﺤﻀﺮﺖ ﻔﺎﻂﻤﺔ ﻋﻴﻨﻬﺎ =-Fatimah telah
datang sendiri, ﺠﺎﺀ
ﺍﻠﻂﻼﺐ ﻜﻟﱡﻬﻢ =Telah datang semua
mahasiswa.
Al-Badal (ﺍﻟﺑﺪﻝ ) yaitu kata yang
menunjukkan atas kata sebelumnya atau kata yang menunjukkan atas sebagian dari
kata yang ada sebelumnya. Contohnya; ﻜﺮﱠﻢَ ﺍﻟﺧﻟﻴﻔﺔُ ﻫﺎﺮﻭﻦُ ﺍﻟﺮﺸﻴﺩُ ﺍﻟﻌﻟﻤﺎﺀ =khalifah Harun ar-rasyiid telah memuliakan para ulama.
Kata Harun ar-rasyiidu adalah pengganti dari kata al-khaliifatu dimana ia
marfu’ sehingga badalnya pun marfu’.
No comments:
Post a Comment