Temperamen
Kenapa
manusia disebut makhluk yang unik?
Pertanyaan ini selalu muncul, dan selalu mendapat berbagai jawaban yang
berbeda. Tidak ada orang yang memiliki kesamaan yang benar-benar sama. Adanya
perbedaan diantara manusia, membawa dinamika kehidupan. Keunikan manusia
tersebut tetap memiliki kesamaan. Setiap manusia memiliki kepribadian yang
sama, namun yang membedakan adalah kecenderungan seseorang lebih mengarah dan
menonjolkan kepribadian yang dominan dalam dirinya. Selaku manusia, kita
memiliki kecenderungan untuk hidup berkelompok dengan manusia-manusia lainnya.
Dalam hidup berkelompok ini manusia saling berinteraksi dan interaksi ini akan
menjadi lebih efektif bila kita memahami diri kita sendiri dan orang yang kita
hadapi. Memahami diri akan membantu kita dalam menangani maupun mengembangkan
diri sehingga tercapai peningkatan kualitas.
Temperamen adalah gaya berperillaku,
cara dan karakterisrik yang ditampilkan individu dalam merespon (King,2011). Temperamen
dapat juga diartikan sebagai sifat kepribadian yang dapat diamati. Temperamen
akan berdampak pada bagaimana individu melihat dunia, nilai dan keyakinannya,
bagaimana pikiran, tindakan dan perasaannya. Berdasarkan model MBTI, David
Keirsey membagi empat kelompok temperamen dan dalam tiap temparemen terdapat
empat tipe yang berbeda, namun keempatnya memiliki beberapa persamaan. Penting
diingat bahwa ke empat temperamen ini tidak sekedar merupakan penggabungan dari
masing-masing karakteristik MBTI, tetapi merupakan hasil dari dua dimensi dasar
perilaku manusia: komunikasi, perilaku, kata-kata dan niat, atau tegasnya, apa
yang dikatakan individu dan apa yang dilakukannya. Keempat temperamen tersebut
diberikan nama yang disarikan dari kesamaannya. Penamaan keempat kelompok
berdasarkan temperamen adalah sebagaimana disebutkan berikut ini.
·
Guardians/Tradisionalist
·
Artisan/Experincers
·
Idealists
·
Rational/Conceptualizers
Idealis (Intuitive
Feelers)
Kaum Intuitif adalah orang-orang yang tertarik pada arti, hubungan dan
kemungkinan-kemungkinan. Feelers
cenderung membuat keputusan berdasarkan nilai pribadi. Bila digabung, kedua
preferensi ini menghasilkan “Intuitive
Feelers”, tipe ini peduli akan tumbuh kembang orang lain dan memahami diri
sendirinya. Mereka disebut sebagai Idealis. Seorang Idealis adalah tipe yang
paling filosofis spiritual. Mereka sangat menghargai kejujuran dan integritas
suatu hubungan, dan cenderung mengidealkan orang lain. Idealis fokus pada
potensi manusia dan berbakat membantu orang lain untuk tumbuh dan berkembang.
Idealis merupakan komunikator ulung dan bisa dianggap katalisator bagi
perubahan yang positif.
Kekuatan
Seorang idealis dapat mengeluarkan potensi terbaik
yang dimiliki orang lain dan dapat memotivasi orang lain untuk bekerja
sebaik-baiknya. Mereka merupakan ahli dalam penyelesaian konflik dengan orang
lain serta dapat membangun tim yang dapat bekerjasama dengan efektif dan
membuat orang lain percaya diri. Pada umumnya orang idealis memiliki kemampuan
berkomunikasi yang baik serta memiliki karismatik, menerima gagasan baru dan
bisa menerima orang lain apa adanya.
Kemungkinan
kelemahan
Orang Idealis cenderung mengambil suatu keputusan
menggunakan perasaan dan mudah larut dalam masalah orang lain. Jika mereka
terlalu idealisti akan ada kesan kurang praktis. Idealis kurang mampu
mendisplin dan mengkritik orang lain. Orang idealis sering mengorbankan
pendapatnya demi hubungan yang harmoni. Kelemahan terbesar orang idealis adalah
mereka sukar ditebak dan terlalu emosional. Contoh tokoh dari temperamen ini
adalah Mahatma Gandhi, Putri Diana, Romo Magnis
Rasional/konseptualis
(Intuitive Thinker)
Intutive cenderung mencari arti dari segala sesuatu
dan fokus pada implikasinya. Thinkers
mengambil keputusan secara impersonal dan logis. Jika disatukan akan
menghasilkan “Intuitive Thinker”
sebuah tipe kepribadian yang intelektual dan kompeten.
Mereka adalah tipe temperamen paling mandiri,
didorong keinginan mendapat pengetahuan dan menetapkan standar yang tinggi
sekali bagi dirinya dan orang lain. Secara alami orang Rasional/Konseptualis
penuh rasa ingin tahu, mereka dapat melihat berbagai segi mengenai suatu
argument. Mereka unggul dalam melihat kemungkinan-kemungkinan, memahami
kompleksitas serta merancang solusi masalah riil maupun hipotesis. Orang
Rasional/Konseptualis sering memiliki peran sebagai agen perubahan.
Kekuatan
Orang Rasional/Konseptualis memiliki visi dan bisa
menjadi innovator hebat. Mereka bisa melihat kemungkinan maupun gambaran besar
dari situasi, serta mudah mengkonseptualisasi dan merancang perubahan-perubahan
yang perlu di lingkungannya. Mereka unggul dalam hal strategi, rencana, dan
membangun sistem untuk mencapai sasaran, dan menikmati prosesnya. Orang
Rasional/Konseptualis sangat mudah dalam memahami gagasan yang komplek dan
teoretikal serta pandai dalam mendeduksi prinsip-prinsip. Mereka suka tantangan
dan biasanya mampu menerima kritikan yang konstrukrif. Dalam keadaan terbaik
orang Rasional/Konseptualis penuh percaya diri,tangkas dan imajinatif.
Kemungkinan
kelemahan
Rasional/Konseptualis bisa terlalu rumit untuk
dipahami orang lain. Mereka cenderung mengabaikan detail-detail yang penting.
Mereka bisa menjadi skeptik dan sering menantang aturan-aturan, asumsi, atau
adat istiadat yang berlaku. Rasional/Konseptualis juga mengalami masalah dengan
otoritas dan tampil sebagai elitis. Mereka mengalami kesulitan melihat dampak
tindakannya pada orang lain. Mereka bisa tidak menganggap suatu hubungan maupun
perasaan. Orang Rasional/Konseptualis sangat kompetitif dan kadang tidak peduli
dengan suatu tugas bila mereka tidak bisa unggul di sana. Kelemahan
Rasional/Konseptualis adalah arogan, menarik diri, dan asyik dalam dunianya
sendiri. Dalam bekerjasama orang Rasional/Konseptualis membutuhkan banyak
kebebasan, keanekaragaman, adanya rangsangan intelektual, dan kesempatan
menghasilkan gagasan, dan melihat bahwa pekerjaannya menantang. Contoh tokoh
dari temperamen ini adalah Einstein, Thatcher, Bung Hatta.
Memahami
semua segi dari manusia; kemampuannya, faktor-faktor yang mempengaruhi dirinya,
tipe kepribadiannya, membantu individu dalam memahami dan merencanakan
pengembangan dirinya. Pengetahuan tersebut membantu individu dalam menjalani
hubungan antar manusia yang harmonis dan efektif karena pada dasarnya manusia
adalah makhluk sosial yang memiliki kecenderungan kuat untuk hidup bersama
orang lain.
Sumber : Singgih, Evita E, dkk. (2011). BUKU AJAR 2, Manusia: Individu, kelompok,
Masyarakat dan Kebudayaan. Jakarta: Lembaga Penerbit FEUI.
No comments:
Post a Comment