January 19, 2018

Temperamen

 Temperamen

Kenapa manusia disebut makhluk yang unik?  Pertanyaan ini selalu muncul, dan selalu mendapat berbagai jawaban yang berbeda. Tidak ada orang yang memiliki kesamaan yang benar-benar sama. Adanya perbedaan diantara manusia, membawa dinamika kehidupan. Keunikan manusia tersebut tetap memiliki kesamaan. Setiap manusia memiliki kepribadian yang sama, namun yang membedakan adalah kecenderungan seseorang lebih mengarah dan menonjolkan kepribadian yang dominan dalam dirinya. Selaku manusia, kita memiliki kecenderungan untuk hidup berkelompok dengan manusia-manusia lainnya. Dalam hidup berkelompok ini manusia saling berinteraksi dan interaksi ini akan menjadi lebih efektif bila kita memahami diri kita sendiri dan orang yang kita hadapi. Memahami diri akan membantu kita dalam menangani maupun mengembangkan diri sehingga tercapai peningkatan kualitas.
            Temperamen adalah gaya berperillaku, cara dan karakterisrik yang ditampilkan individu dalam merespon (King,2011). Temperamen dapat juga diartikan sebagai sifat kepribadian yang dapat diamati. Temperamen akan berdampak pada bagaimana individu melihat dunia, nilai dan keyakinannya, bagaimana pikiran, tindakan dan perasaannya. Berdasarkan model MBTI, David Keirsey membagi empat kelompok temperamen dan dalam tiap temparemen terdapat empat tipe yang berbeda, namun keempatnya memiliki beberapa persamaan. Penting diingat bahwa ke empat temperamen ini tidak sekedar merupakan penggabungan dari masing-masing karakteristik MBTI, tetapi merupakan hasil dari dua dimensi dasar perilaku manusia: komunikasi, perilaku, kata-kata dan niat, atau tegasnya, apa yang dikatakan individu dan apa yang dilakukannya. Keempat temperamen tersebut diberikan nama yang disarikan dari kesamaannya. Penamaan keempat kelompok berdasarkan temperamen adalah sebagaimana disebutkan berikut ini.
·         Guardians/Tradisionalist
·         Artisan/Experincers
·         Idealists
·         Rational/Conceptualizers
Idealis (Intuitive Feelers)
Kaum Intuitif adalah orang-orang  yang tertarik pada arti, hubungan dan kemungkinan-kemungkinan. Feelers cenderung membuat keputusan berdasarkan nilai pribadi. Bila digabung, kedua preferensi ini menghasilkan “Intuitive Feelers”, tipe ini peduli akan tumbuh kembang orang lain dan memahami diri sendirinya. Mereka disebut sebagai Idealis. Seorang Idealis adalah tipe yang paling filosofis spiritual. Mereka sangat menghargai kejujuran dan integritas suatu hubungan, dan cenderung mengidealkan orang lain. Idealis fokus pada potensi manusia dan berbakat membantu orang lain untuk tumbuh dan berkembang. Idealis merupakan komunikator ulung dan bisa dianggap katalisator bagi perubahan yang positif.
Kekuatan
Seorang idealis dapat mengeluarkan potensi terbaik yang dimiliki orang lain dan dapat memotivasi orang lain untuk bekerja sebaik-baiknya. Mereka merupakan ahli dalam penyelesaian konflik dengan orang lain serta dapat membangun tim yang dapat bekerjasama dengan efektif dan membuat orang lain percaya diri. Pada umumnya orang idealis memiliki kemampuan berkomunikasi yang baik serta memiliki karismatik, menerima gagasan baru dan bisa menerima orang lain apa adanya.
Kemungkinan kelemahan
Orang Idealis cenderung mengambil suatu keputusan menggunakan perasaan dan mudah larut dalam masalah orang lain. Jika mereka terlalu idealisti akan ada kesan kurang praktis. Idealis kurang mampu mendisplin dan mengkritik orang lain. Orang idealis sering mengorbankan pendapatnya demi hubungan yang harmoni. Kelemahan terbesar orang idealis adalah mereka sukar ditebak dan terlalu emosional. Contoh tokoh dari temperamen ini adalah Mahatma Gandhi, Putri Diana, Romo Magnis 
Rasional/konseptualis (Intuitive Thinker)
Intutive cenderung mencari arti dari segala sesuatu dan fokus pada implikasinya.  Thinkers mengambil keputusan secara impersonal dan logis. Jika disatukan akan menghasilkan “Intuitive Thinker” sebuah tipe kepribadian yang intelektual dan kompeten.
Mereka adalah tipe temperamen paling mandiri, didorong keinginan mendapat pengetahuan dan menetapkan standar yang tinggi sekali bagi dirinya dan orang lain. Secara alami orang Rasional/Konseptualis penuh rasa ingin tahu, mereka dapat melihat berbagai segi mengenai suatu argument. Mereka unggul dalam melihat kemungkinan-kemungkinan, memahami kompleksitas serta merancang solusi masalah riil maupun hipotesis. Orang Rasional/Konseptualis sering memiliki peran sebagai agen perubahan.
Kekuatan
Orang Rasional/Konseptualis memiliki visi dan bisa menjadi innovator hebat. Mereka bisa melihat kemungkinan maupun gambaran besar dari situasi, serta mudah mengkonseptualisasi dan merancang perubahan-perubahan yang perlu di lingkungannya. Mereka unggul dalam hal strategi, rencana, dan membangun sistem untuk mencapai sasaran, dan menikmati prosesnya. Orang Rasional/Konseptualis sangat mudah dalam memahami gagasan yang komplek dan teoretikal serta pandai dalam mendeduksi prinsip-prinsip. Mereka suka tantangan dan biasanya mampu menerima kritikan yang konstrukrif. Dalam keadaan terbaik orang Rasional/Konseptualis penuh percaya diri,tangkas dan imajinatif.
Kemungkinan kelemahan
Rasional/Konseptualis bisa terlalu rumit untuk dipahami orang lain. Mereka cenderung mengabaikan detail-detail yang penting. Mereka bisa menjadi skeptik dan sering menantang aturan-aturan, asumsi, atau adat istiadat yang berlaku. Rasional/Konseptualis juga mengalami masalah dengan otoritas dan tampil sebagai elitis. Mereka mengalami kesulitan melihat dampak tindakannya pada orang lain. Mereka bisa tidak menganggap suatu hubungan maupun perasaan. Orang Rasional/Konseptualis sangat kompetitif dan kadang tidak peduli dengan suatu tugas bila mereka tidak bisa unggul di sana. Kelemahan Rasional/Konseptualis adalah arogan, menarik diri, dan asyik dalam dunianya sendiri. Dalam bekerjasama orang Rasional/Konseptualis membutuhkan banyak kebebasan, keanekaragaman, adanya rangsangan intelektual, dan kesempatan menghasilkan gagasan, dan melihat bahwa pekerjaannya menantang. Contoh tokoh dari temperamen ini adalah Einstein, Thatcher, Bung Hatta.
 Memahami semua segi dari manusia; kemampuannya, faktor-faktor yang mempengaruhi dirinya, tipe kepribadiannya, membantu individu dalam memahami dan merencanakan pengembangan dirinya. Pengetahuan tersebut membantu individu dalam menjalani hubungan antar manusia yang harmonis dan efektif karena pada dasarnya manusia adalah makhluk sosial yang memiliki kecenderungan kuat untuk hidup bersama orang lain.


Sumber : Singgih, Evita E, dkk. (2011). BUKU AJAR 2, Manusia: Individu, kelompok, Masyarakat dan Kebudayaan. Jakarta: Lembaga Penerbit FEUI.

No comments:

Post a Comment

Featured Post

4 Lembaga Penerima Hibah Setiap Tahun

4 Lembaga Penerima Hibah Setiap Tahun 1. KONI  dasar hukum untuk Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) adalah Pasal 69 Undang-Undang Nom...

Popular Posts