September 12, 2015

Konsesi Minyak Arab Saudi Masa Abdul Aziz Ibnu Saud



Konsesi Minyak Arab Saudi Masa Abdul Aziz Ibnu Saud
oleh Fakhri

Abstrak
Jurnal ini membahas Konsesi Minyak khususnya di Arab Saudi pada masa pemerintahan Abdul Aziz Ibnu Saud. Arab Saudi pada masa kepepimpinan Abdul Aziz Ibnu Saud berada dalam kondisi yang mengkhawatirkan. Abdul Aziz Ibnu Saud tidak dapat membangun negaranya karena pendapatan negara Arab Saudi yang menurun. Penelitian yang digunakan adalah bentuk kualitatif yang beracuan pada metodelogi penelitian sejarah. Secara keseluruhan data yang diperoleh penulis dari studi pustaka berupa buku, artikel ilmiah dan  jurnal terkait konsesi minyak di Arab Saudi pada masa Abdul Aziz Ibnu Saud. Hasil dari penelitian  menggambarkan bahwa terdapat perubahan-perubahan yang sangat jelas dalam bidang ekonomi dan sosial-budaya.
Kata Kunci: Konsesi Minyak, Kebijakan dan Wilayah

Pendahuluan
Abdul Aziz Ibnu Saud adalah raja Saudi pertama yang mengadakan konsesi di Arab Saudi. Beliau melangkah di luar kebiasaan masyarakat Arab yang takut berintaksi dengan masyarakat asing. Masyarakat Arab pada umumnya menganggap bangsa asing akan mempengaruhi budaya dan politik mereka. Abdul Aziz Ibnu Saud melakukan konsesi minyak karena melihat kondisi Arab Saudi yang sedang mengalami penurunan ekonomi. Arab Saudi merupakan negara pertama yang melakukan konsesi minyak dengan Amerika.
Dampak yang dihasilkan dari kebijakan yang diambil oleh Abdul Aziz Ibnu Saud terhadap bidang politik, ekonomi dan sosial-budaya masyarakat Arab Saudi. Dalam jurnal ini  menjelaskan dampak yang dihasilkan kebijakan Abdul Aziz Ibnu Saud terhadap bidang ekonomi dan kehidupan sosial-budaya masyarakat Arab Saudi.
Konsesi minyak Arab Saudi masa Abdul Aziz Ibnu Saud
Konsesi minyak Arab Saudi tidak lepas dari peranan Abdul Aziz Ibnu Saud sebagai pemimpin pada masa tersebut. Berikut akan dijelaskan mengenai sosok raja Abdul Aziz dan kehidupan sosial budaya masyarakat Arab pada masa kepepimpinan Abdul Aziz Ibnu Saud.
2.1  Abdul Aziz Ibnu Saud
Abdul Aziz Ibnu Saud  merupakan raja pertama dari Arab Saudi, dengan gelar Raja Abdul Aziz bin Abdul Rahman Al-Faisal Al-Saud. Abdul Aziz Ibnu Saud dilahirkan pada tanggal 19 Dzulhijjah 1293 H atau pada tahun 1876 M di kota Riyadh. Abdul Aziz Ibnu Saud masuk dunia politik ketika menginjak usia 19 tahun. Abdul Aziz Ibnu Saud merupakan generasi ketujuh dari keluarga Al-Saud, ayahnya bernama Abdurrahman. Abdul Aziz Ibnu Saud lebih dikenal sebagai Ibnu Saud oleh pihak Barat.[1]
Keluarga Al-Saud menganut paham Wahhabi yang sebagian besar menjadi alim ulama, tetapi Abdul Aziz Ibnu Saud tidak tertarik dengan jalan hidup menjadi alim ulama.  Abdul Aziz Ibnu Saud memiliki minat yang besar dalam sistem pemerintahan dan peperangan. Abdul Aziz Ibnu Saud sangat rajin dalam menghadiri rapat parlemen penguasa Kuwait. Rapat parlemen tersebut memberi pelajaran terhadap Abdul Aziz Ibnu Saud mengenai tata cara mengatur pemerintahan. Oleh karena itu, timbul jiwa revolusioner dalam diri Abdul Aziz Ibnu Saud.[2]
Pada masa tersebut para penguasa negeri Arab mempunyai sifat Xenophobia, Xenophobia merupakan sifat takut terhadap bangsa asing beserta pengaruhnya. Abdul Aziz Ibnu Saud memiliki keinginan untuk menjalin hubungan pemerintahan dengan negara-negara lain di luar negara Arab, khususnya negara-negara Eropa. Oleh karena itu, Abdul Aziz Ibnu Saud semakin yakin untuk mengambil alih kembali daerah Jazirah Arab yang diambil secara paksa oleh Utsmani dari leluhurnya keluarga Al-Saud.[3]
Abdul Aziz Ibnu Saud melakukan upayanya tersebut dengan merebut kembali kota Riyadh tahun 1920. Pada tahun 1922 Abdul Aziz Ibnu Saud menguasai wilayah Al-hayil dan bagian timur Jazirah Arab dari penguasa Ottoman. Wilayah kerajaan Hijaz yang dikuasai oleh Ibnu Rashid direbut Abdul Aziz Ibnu Saud bersama 40 pasukannya pada tahun 1925. Abdul Aziz Ibnu Saud menjadi raja wilayah kerajaan Najd dan Hijaz. Abdul Aziz Ibnu Saud mendirikan Kerajaan Arab Saudi pada tahun 1932 dengan wilayah kekuasaan Hijaz dan Najd.[4]
Pendirian Kerajaan Arab Saudi di Jazirah Arab telah membawa perubahan terhadap struktur politik yang ada di masyarakat Arab Saudi. Pada awalnya menggunakan struktur politik kesukuan primitive, tetapi dengan adanya pemikiran konservatif maka berubah menjadi monarki absolut. Abdul Aziz Ibnu Saud didalam struktur pemerintahan berperan sebagai Imam dan Raja, tetapi posisi  dan tindakan raja dibatasi oleh hukum-hukum Islam dan diawasi oleh pihak keluarga kerajaan. Raja memiliki dewan-dewan dan berbagai lembaga independen untuk membantu pelaksanaan tugas-tugasnya.[5]

2.2  Konsesi Minyak Arab Saudi
Masyarakat Arab Saudi hidup dengan keadaan alam yang sangat ganas. Kondisi geografi Arab Saudi terdiri atas gurun-gurun pasir yang kering dengan curah hujan kurang dari 10 cm pertahun. Oleh karena itu, Arab Saudi tidak bisa memanfaatkan sektor pertanian sebagai pemasukan negara.[6]
Dunia sedang mengalami depresi dalam berbagai bidang akibat Perang Dunia I. Depresi yang dialami dunia saat itu menyebabkan penurunan jumlah jama’ah haji yang datang, hal ini menyebabkan pemasukan utama kas negara Arab Saudi sangat berkurang. Konflik internal masyarakat yang belum stabil akibat peralihan kekuasaan dari Turki Utsmani ke Dinasti Al-Saud turut mengurangi pendapatan negara.
Abdul Aziz Ibnu Saud mulai memikirkan hal lain untuk memenuhi pendapatan negara. Abdul Aziz Ibnu Saud melihat Bahrain yang memiliki kandungan minyak di dalam tanahnya, karena hal ini, Abdul Aziz Ibnu Saud meminta penasehat kerajaan yang bernama Philby untuk melakukan penelitian kandungan minyak bumi di Arab Saudi. Philby mengusulkan nama Charless Chrane, seorang ahli geologi Inggris. Chrane tiba di kota Jeddah pada Februari 1931. Chrane mengusulkan kepada Abdul Aziz Ibnu Saud untuk mengirim salah satu anaknya untuk belajar tentang minyak dan pertambangan di Barat. Usul tersebut ditolak oleh Abdul Aziz Ibnu Saud, karena raja beranggapan pembelajaran terbaik untuk anak-anaknya ada di negeri sendiri, selain itu raja khawatir pembelajaran barat akan mempengaruhi hilangnya adat dan tradisi bangsa.[7]
Chrane melakukan pertemuan dan pembicaraan beberapa kali dengan pihak kerajaan mengenai konsesi minyak di Arab Saudi. Pembicaraan tersebut menghasilkan suatu keputusan untuk memanggil ahli teknik dari Barat dalam penyelidikan minyak di Arab Saudi. Karl S. Twitchel  ahli teknik asal Amerika terpilih menjadi pemimpin penyelidikan tersebut.  Twitchel pernah melakukan penyelidikan serupa di daerah Yaman dan Abbesinia. Twitchel tiba di Jeddah April 1931 dengan melakukan penyelidikan pertamanya di daerah Wadi Fatima perbatasan Mekkah. Penyelidikan berlanjut ke arah timur, Al-Hasa dengan hasil tidak ditemukan sumber minyak di kedua wilayah tersebut.[8]
Perwakilan Inggris di Jeddah meragukan kemampuan Twitchel dalam hal penyelidikan, namun perwakilan Inggris tetap berharap ditemukannya minyak di Arab Saudi dengan harapan mendapatkan hak konsesi terlebih dahulu di sumber Arab Saudi. Twitchel melakukan penyelidikan selama 10 bulan tanpa hasil di bagian timur Arab Saudi. Twitchel memindahkan penyelidikannya ke daerah perbatasan Arab Saudi  dengan Bahrain di pantai Teluk Persia.[9]
Pada musim panas tahun 1932 dimulailah pengeboran minyak bumi pertama di Arab Saudi. Sumur bor pertama menghasilkan 100 barel per hari, hasil yang cukup baik bagi sebuah sumur bor namun masih jauh dari target Arab Saudi. Sumur bor kedua menghasilkan 3840 barel, kemudian hanya air yang keluar. Sumur bor ketiga, keempat, kelima dan keenam menghasilkan jumlah lebih sedikit. Sumur bor ketujuh baru bisa dimulai pengeboran pada tahun 1936. Pemerintah Arab Saudi mulai kehilangan ambisinya, namun sumur bor kesatu dan kedua mengalami peningkatan hasil minyak bumi.

2.3  Kebijakan konsesi minyak Arab Saudi oleh Abdul Aziz Ibnu Saud
Abdul Aziz Ibnu Saud melakukan kebijakan konsesi di negerinya karena latar belakang ekonomi negaranya yang sedang turun. Pendapatan negara yang diterima Arab Saudi saat itu adalah 2 juta pound, kebutuhan kerajaan per tahun adalah 5 juta pound. Arab Saudi memiliki hutang luar negeri sebanyak 300.000 pound. Abdul Aziz Ibnu Saud menyatakan bahwa negara yang mampu memberikan 1 juta pound kepada Arab Saudi, maka Arab Saudi akan memberikan seluruh hak konsesi minyaknya kepada negara tersebut.[10]
Abdul Aziz Ibnu Saud melupakan prinsip-prinsip lama kaum Wahabi untuk tidak melakukan kerjasama dengan negara-negara Barat. Hal ini didasari karena krisis ekonomi yang melanda Arab Saudi yang dapat menyebabkan kehancuran kerajaan. Pemerintah Arab Saudi tidak memiliki kemampuan mengolah sumur-sumur minyak bumi, mengkonversikan minyak bumi tersebut menjadi  komoditas utama pendapatan negara. Abdul Aziz Ibnu Saud mengambil keputusan untuk menjual hak konsesi minyak di Arab Saudi kepada pihak Barat. Philby memiliki peran yang sangat vital pada masa tersebut, karena Philby menjembatani keluarga kerajaan dengan perusahaan luar negeri dalam kebijakan konsesi.[11]
Abdul Aziz  bersedia menjual hak konsesi minyak dengan syarat, siapa pun yang berminat membeli hak konsesi minyak tersebut harus melakukan pembayaran secara kontan. Pembayaran kontan dilakukan karena pemerintah Arab Saudi sedang membutuhkan uang kontan pada saat itu. Philby melakukan pertemuan hak konsesi pertama dengan perusahaan Standart Oil of California (Socal). Standart Oil of California adalah perusahaan minyak asal New York, Amerika Serikat. Pertemuan tersebut diadakan pada tanggal 11 Juli 1932. Philby menyampaikan kehendak Abdul Aziz Ibnu Saud untuk menggunakan emas sebagai alat pembayaran. Philby melakukan pertemuan dengan para pengusaha dari Inggris dengan tujuan agar pihak Inggris dengan Iraqi Petroleum  Company (IPC) mendapatkan hak konsesi. Kedua perusahaan tersebut tertarik untuk membeli hak konsesi di Arab Saudi. Abdul Aziz Ibnu Saud menggunakan sistem lelang untuk menentukan perusahaan yang berhak melakukan konsesi minyak di Arab Saudi.[12]
Lloyd M. Hamilton dan Karl Twitchel menjadi perwakilan pihak Socal untuk melakukan penawaran harga konsesi kepada Abdul Aziz Ibnu Saud dengan perantara Philby. Abdul Aziz Ibnu Saud membuka harga konsesi di angka 100 ribu pound emas. Philby melakukan lobi kepada pihak Amerika untuk menaikkan penawaran Abdul Aziz Ibnu Saud. Proses penawaran konsesi Amerika dengan Arab Saudi berjalan lancar, sedangkan proses penawaran Inggris mengalami kendala.Amerika mendapat keuntungan dari penawaran tersebut, karena Arab Saudi memandang Inggris sebagai negara penjajah. Arab Saudi mengkhawatirkan jika bekerja sama dengan Inggris, maka Inggris akan mempengaruhi kebijakan-kebijakan dalam negeri Arab Saudi.[13]
Amerika Serikat dipandang oleh Arab Saudi hanya sebagai negara yang mencari keuntungan dari minyak dan tidak memiliki ancaman terhadap pemerintahan dalam negeri Arab Saudi. Oleh karena itu, Amerika Serikat memenangkan hak konsesi minyak di Arab Saudi. Pada tanggal 8 dan 9 Mei 1933, Abdul Aziz Ibnu Saud di hadapan para pejabat kerajaan dan kaum ulama mengumumkan hasil akhir dari lelang hak konsesi berdasarkan laporan yang disusun Menteri Keuangan, Abdullah Sulaiman dengan pihak Socal. Laporan tersebut menyebutkan bahwa Amerika Serikat akan menggunakan uang emas Arab Saudi sebagai alat pembayaran konsesi minyak dengan uang muka 35 ribu pound emas.[14]
Socal mendirikan perusahaan baru untuk fokus melakukan pengeboran minyak  di Arab Saudi, yaitu California Arabian Standart Oil Company (CASOC). Perkembangan Casoc cukup baik, maka perusahaan minyak Texas Oil Company (Texaco) membeli 50% saham Casoc. Nama perusahaan pun berubah menjadi Arabian America Oil Company (Aramco). Pengeboran minyak dilakukan di daerah Dahran, Damman, Al-Hayya dan Abqaiq. Seluruh daerah tersebut menghasilkan minyak lebih banyak dari yang ditargetkan oleh pihak pemerintah Arab Saudi dan Aramco. Oleh karena itu, kedua belah pihak melakukan perpanjangan kontrak konsesi minyak.[15]
Konsesi minyak Amerika dengan Arab Saudi menghasilkan kerjasama dibidang lain. Abdul Aziz Ibnu Saud sangat senang menjalin kerjasama dengan Amerika Serikat, karena Arab Saudi mendapat keuntungan untuk pembangunan ekonomi tanpa ada campur tangan politik dari Amerika Serikat. Amerika Serikat merubah pandangannya mengenai Arab Saudi yang kondisi geografinya kering menjadi negara penghasil minyak bumi yang menguntungkan ekonomi Amerika Serikat.[16]
2.4  Dampak konsesi minyak
Modernisasi dalam sejarah manusia selalu mengorbankan sistem dan aturan yang ditetapkan sebelumnya. Masyarakat Arab Saudi mengalami modernisasi pasca diterapkan kebijakan konsesi minyak oleh pemerintahnya. Abdul Aziz Ibnu Saud menganggap bahwa konsesi minyak yang dilakukan Amerika Serikat tidak akan mempengaruhi kebijakan dalam negeri dan tatanan sosial-budaya Arab Saudi. Oleh karena itu, Amerika Serikat ditetapkan sebagai pemenang atas hak konsesi di Arab Saudi.[17]
Abdul Aziz Ibnu Saud menyadari bahwa melakukan modernisasi terhadap negaranya berarti menggunakan peralatan dan sarana dari Amerika Serikat, tetapi golongan ulama menganggap bahwa menggunakan peralatan dan sarana dari Amerika Serikat adalah haram. Abdul Aziz Ibnu Saud dihadapkan suatu keputusan yang sulit. Abdul Aziz Ibnu Saud ingin melindungi para ulama, tetapi di sisi lain Abdul Aziz Ibnu Saud ingin memberikan pelayanan terbaik bagi masyarakat luas.
2.4.1        Keadaan ekonomi
            Komersialisasi minyak yang terjadi memiliki dampak perubahan besar terhadap bidang ekonomi. Fuad Bet Hamza, Menteri Pembangunan Arab Saudi pada tanggal 17 Juli 1947 menganggarkan $ 270.000.000 untuk pembangunan infrastruktur dalam negeri. Sektor transportasi, pertanian, pendidikan dan kesehatan merupakan sektor yang mengalami pembangunan dan perbaikan.[18]
            Pemerintah Arab Saudi dengan bantuan Amerika Serikat melakukan reklamasi tanah secara menyeluruh di Arab Saudi. Sektor pertanian dilakukan pembangunan dan perbaikan jaringan irigasi, waduk buatan, pipa air dan sumur-sumur artesis. Sektor transportasi fokus terhadap perbaikan jalur utama kota-kota penting seperti Mekkah, Madinah, Jeddah dan pusat kota penting lainnya di Arab Saudi. Pemerintah Arab Saudi bekerja sama dengan Trans World Airlines dalam pembangunan bandar udara di Laut Merah dan Teluk Persia untuk memudahkan transportasi. Pelabuhan-pelabuhan besar dibangun di Jeddah, Damman dan Ras Tanura. Pelabuhan Ras Tanura dijadikan terminal pipa minyak bagi pengeboran minyak Aramco.[19]

2.4.2        Kehidupan sosial-budaya
Pendidikan merupakan hal mendasar yang dapat membantu proses modernisasi suatu negara. Abdul Aziz Ibnu Saud mengeluarkan kebijakan bahwa seluruh rakyat  tanpa memandang status dan jenis kelamin wajib mengenyam pendidikan formal. Pada tahun 1930 an sebagian besar rakyat Arab Saudi, tidak menyetujui hal tersebut. Abdul Aziz Ibnu Saud, Faisal dan Iffat berhasil merubah paradigma tersebut pada tahun 1950 an. Sistem pendidikan yang diterapkan Arab Saudi harus melewati tahap “sterilisasi” dari pihak ulama Wahhabi, hal ini dilakukan untuk mencegah masuknya gaya pendidikan Barat ke dalam sistem pendidikan Arab Saudi.[20]
Arab Saudi memiliki wilayah yang sangat luas di Jazirah Arab. Abdul Aziz Ibnu Saud sebagai raja yang berkuasa, menginginkan peningkatan kesatuan dalam negaranya. Abdul Aziz Ibnu Saud melakukan pembangunan sektor komunikasi dengan cara mendirikan stasiun radio dan jaringan telepon. Abdul Aziz Ibnu Saud bekerjasama dengan America Mackay Corporation untuk mendirikan stasiun radio di Jeddah. Pembangunan tersebut memerlukan izin dari pihak ulama Wahhabi.
Abdul Aziz Ibnu Saud memperkenalkan radio kepada Syeikh Abdullah bin Hassan Al-Yeikh yang menjabat sebagai kepala hakim di Hijaz. Syeikh Abdullah bin Hassan Al-Yeikh menolak secara terang-terangan karena radio dianggap sebagai penemuan iblis. Abdul Aziz Ibnu Saud meyakinkan kepada Syeikh Abdullah bin Hassan Al-Yeikh bahwa radio dapat dijadikan media da’wah bagi para ulama dan mampu menjangkau wilayah di pelosok Arab Saudi. Syeikh Abdullah bin Hassan Al-Yeikh menyetujui pembangunan stasiun radio tersebut dan memberkati radio sebagai salah satu nikmat Allah swt.[21]
Penutup
Abdul Aziz Ibnu Saud merupakan raja pertama dari kerajaan Arab Saudi. Abdul Aziz Ibnu Saud mendirikan kerajaan Arab Saudi dengan wilayah kekuasaan Najd dan Hijaz. Abdul Aziz Ibnu Saud mendirikan kerajaan setelah perang dunia pertama,hal ini menyebabkan kondisi ekonomi Arab Saudi tidak mendukung dalam pembangunan negara. Sektor pariwisata yang menjadi sumber dana utama kerajaan Arab Saudi mengalami penurunan pendapatan. Oleh karena itu, Abdul Aziz Ibnu Saud melihat peluang lain yang masih ada di Arab Saudi untuk dikembangkan.
Abdul Aziz Ibnu Saud melakukan kerjasama untuk konsesi minyak Arab Saudi dengan Amerika Serikat. ARAMCO merupakan perusahaan Amerika Serikat yang melakukan konsesi minyak di Arab Saudi. ARAMCO mendapat hak konsesi minyak Arab Saudi selama 30 tahun. ARAMCO menjadi perusahaan terbesar konsesi minyak di Arab Saudi.
Konsesi minyak di Arab Saudi memberikan perubahan yang sangat besar terhadap kehidupan masyrakat Arab Saudi terutama di bidang ekonomi dan sosial-budaya. Abdul Aziz Ibnu Saud melakukan modernisasi terhadap infrastruktur negara. Sektor yang dilakukan modernisasi yaitu sektor transportasi, pertanian, pendidikan dan kesehatan. Abdul Aziz Ibnu Saud melakukan modernisasi terhadap seluruh sektor untuk meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat Arab Saudi.
DAFTAR PUSTAKA
Bratamidjaja, Rachmat. 1990. Ensiklopedia Indonesia Seri Geografi Asia. Jakarta: PT Ichtiar Baru Van Hoeve.
Dasuki, Hafizh. 1994. Ensiklopedia Islam 1. Jakarta: PT Ichtiar Baru Van Hoeve.
Esposito, Jhon. 2011. Ensiklopedia Dunia Islam. Bandung: Mizan.
Lacey, Robert. Kerajaan Petrodolar Saudi Arabia. Jakarta: PT Dunia Pustaka
Jaya .
Philip K. Hitti. 2010. History of The Arabs. Jakarta: PT Serambi Ilmu Semesta.
Sihbudi, Riza. 1993. Konflik dan Diplomasi di Timur Tengah. Jakarta: PT Eresco.
Sihbudi, Riza. dkk. 1995. Profil Negara-negara Timur Tengah. Jakarta: PT Dunia
Pustaka Jaya.



[1] Robert Lacey,. Kerajaan Petrodolar Saudi Arabia. Jakarta: PT Dunia Pustaka Jaya. hlm 4
[2] Robert Lacey,. Kerajaan Petrodolar Saudi Arabia. Jakarta: PT Dunia Pustaka Jaya. hlm 6
[3] Jhon Esposito. 2002. Ensiklopedia Dunia Islam. Bandung: Mizan, hlm 18
[4] Jhon Esposito. 2002. Ensiklopedia Dunia Islam. Bandung: Mizan, hlm 22
[5] Sihbudi, Riza. dkk. 1995. Profil Negara-negara Timur Tengah. Jakarta: PT Dunia Pustaka Jaya.
   hlm 65
[6] Bratamidjaja, Rachmat. 1990. Ensiklopedia Indonesia Seri Geografi Asia. Jakarta: PT Ichtiar Baru
   Van Hoeve.  hlm 28
[7] Lacey, Robert. Kerajaan Petrodolar Saudi Arabia. Jakarta: PT Dunia Pustaka Jaya. hlm 287
[8] Lacey, Robert. Kerajaan Petrodolar Saudi Arabia. Jakarta: PT Dunia Pustaka Jaya. hlm 288
[9] Lacey, Robert. Kerajaan Petrodolar Saudi Arabia. Jakarta: PT Dunia Pustaka Jaya. hlm 390
[10] Sihbudi, Riza. dkk. 1995. Profil Negara-negara Timur Tengah. Jakarta: PT Dunia Pustaka Jaya.
   hlm 83
[11]Sihbudi, Riza. dkk. 1995. Profil Negara-negara Timur Tengah. Jakarta: PT Dunia Pustaka Jaya.
   hlm 85
[12] Lacey, Robert. Kerajaan Petrodolar Saudi Arabia. Jakarta: PT Dunia Pustaka Jaya. hlm 293
[13] Lacey, Robert. Kerajaan Petrodolar Saudi Arabia. Jakarta: PT Dunia Pustaka Jaya. hlm 295
[14] Lacey, Robert. Kerajaan Petrodolar Saudi Arabia. Jakarta: PT Dunia Pustaka Jaya. hlm 297
[15] Sihbudi, Riza. dkk. 1995. Profil Negara-negara Timur Tengah. Jakarta: PT Dunia Pustaka Jaya.
   hlm 90
[16] Lacey, Robert. Kerajaan Petrodolar Saudi Arabia. Jakarta: PT Dunia Pustaka Jaya. hlm 302
[17] Sihbudi, Riza. dkk. 1995. Profil Negara-negara Timur Tengah. Jakarta: PT Dunia Pustaka Jaya.
   hlm 95
[18] Sihbudi, Riza. dkk. 1995. Profil Negara-negara Timur Tengah. Jakarta: PT Dunia Pustaka Jaya.
   hlm 97
[19] Sihbudi, Riza. dkk. 1995. Profil Negara-negara Timur Tengah. Jakarta: PT Dunia Pustaka Jaya.
   hlm 99
[20] Sihbudi, Riza. dkk. 1995. Profil Negara-negara Timur Tengah. Jakarta: PT Dunia Pustaka Jaya.
   hlm 100
[21] Lacey, Robert. Kerajaan Petrodolar Saudi Arabia. Jakarta: PT Dunia Pustaka Jaya. hlm 303

No comments:

Post a Comment

Featured Post

4 Lembaga Penerima Hibah Setiap Tahun

4 Lembaga Penerima Hibah Setiap Tahun 1. KONI  dasar hukum untuk Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) adalah Pasal 69 Undang-Undang Nom...

Popular Posts