September 12, 2015

Peran Pemerintah Rusia sebagai pemasok senjata kepada Rezim Syiah Alawiyyin di Suriah



Peran Pemerintah Rusia sebagai pemasok senjata kepada Rezim Syiah Alawiyyin di Suriah

 

oleh Fakhri

 

            Rezim Syiah Alawiyyin di Suriah sudah melakukan tindakan yang keji terhadap rakyat Suriah yang menolak kepepimpinan Bashar Al Assad di Suriah. Bashar Al Assad memerintahkan tentaranya untuk mengahabisi siapa saja yang menolak kepepimpinannya di Suriah. Korban konflik ini sudah mencapai 20.000 jiwa, yang didominasi dari pihak oposisi. Dunia Internasional sudah melakukan berbagai macam cara agar konflik tidak berkelanjutan. Dewan Keamanan PBB sudah menyiapkan sanksi yang akan dijatuhkan kepada Suriah, namun hal ini tidak disetujui oleh dua anggota Dewan Keamanan PBB. Dua anggota tersebut adalah Rusia dan Cina, mereka menggunakan hak veto untuk membatalkan sanksi tersebut. Rusia dan Cina merupakan sekutu lama Suriah.

            Tindakan Rusia melakukan penolakan tersebut bertujuan untuk menghentikan hegemoni Amerika di kawasan Timur Tengah. Rusia ingin menunjukkan kepada pihak barat agar tidak melakukan tindakan semena-mena atas nama PBB. Rusia juga menginginkan adanya perimbangan kekuasaan di daerah Timur Tengah. Dukungan Rusia terhadap Suriah adalah sebagai bentuk mempertahankan kekuasaannya di kawasan Timur Tengah.
            Kebijakan Rusia menolak pemberian sanksi terhadap Suriah memiliki beberapa faktor, salah satunya  karena Suriah adalah mitra Rusia dibidang perdagangan. Rusia menjadi negara yang memiliki orientasi bisnis yang tinggi dan pemerintah Rusia ingin melindungi investasinya yang ada di Suriah. Moskow Times (media Rusia) melaporkan, Investasi Rusia di Suriah pada tahun 2009 lalu mencapai USD 19,4 miliar atau sekitar Rp 1,7 triliun. Kerjasama yang diselenggarakan oleh Rusia dan Suriah umumnya merupakan perdagangan senjata, pembangunan infrastruktur, kerjasama energi, dan pariwisata.[1]
Dalam hal perdagangan senjata dengan Suriah, pada Januari 2012 Rusia sepakat untuk menyuplai 130 pesawat jet tempur tipe Yak-130 dengan nilai kontrak 550 juta dollar AS dan kontrak bisnis peralatan militer lainnya senilai 700 juta dollar AS. Perdagangan global senjata yang dilaporkan oleh Stockholm International Peace Research Institute (SIPRI) menyebutkan bahwa Rusia terus memasok Suriah dengan senjata, di tengah embargo senjata oleh Amerika dan Uni Eropa. Rusia tercatat mengirim 72 persen pasokan senjata rezim Presiden Bashar al-Assad. Impor senjata Suriah meningkat hingga 580 persen selama periode 2002-2006. Ini menaikkan negara itu ke posisi 33 dari posisi 68 dalam peringkat negara pengimpor senjata.
Pada tahun yang sama, Rusia mengirimkan 36 Pantsyr-SI rudal anti pesawat SI ke Suriah. Merupakan rudal jarak sedang, rudal ini dapat dipasang pada bagian belakang truk, sehingga sulit bagi jet tempur untuk menargetkannya. Selain itu, SIPRI meyakini bahwa Suriah baru-baru ini mendapat kiriman pesawat tempur MiG-29 versi upgrade. Jumlah tank T-72 juga dilipatkan setiap tahun sejak 2007. Selain pengiriman Pantsyr itu, Rusia juga mengirimkan Suriah rudal anti pesawat termodern, termasuk sekitar 40 rudal SA-17 Grizzly dan dua rudal jarak menengah SA-17 Buk. Meskipun kemarahan dunia atas tindakan keras Assad, Suriah mengumumkan kesepakatan US$ 550 juta dengan Rusia pada Januari untuk 36 kali latihan ringan dan pesawat tempur yang disebut Yak-130. [2]
Pada dasarnya Rusia menginginkan konflik di Suriah terus terjadi sesuai keinginan Israel. Rusia selalu memasok senjata kepada Suriah agar pemerintah Bashar Al Assad dapat melumpuhkan pihak oposisi. Bila pihak oposisi dapat dilumpuhkan, maka rezim Syiah Alawiyyin dapat kembali menguasai Suriah serta menjaga kepentingan Rusia di Timur Tengah. Tujuan lain yang direncanakan adalah menjamin keamanan Israel, jika pemerintahan Bashar Al Assad runtuh maka hal ini membuat keberadaan Israel terancam. Rusia menyatakan bahwa presiden Bashar Al Assad akan melakukan reformasi bagi Suriah, sehingga Rusia menolak adanya interevensi dari pihak asing dalam konflik Suriah.
Itulah yang menyebabkan mengapa perang di Suriah terus berlarut menuju titik kehancuran total, dan tingkat korban yang sangat luar biasa besar. Tak kurang sudah lebih 100.000  korban yang tewas. Tetapi, belum ada tanda-tanda perang akan berakhir. Karena memang Rusia dan Israel tidak menghendaki perang berakhir di Suriah.

No comments:

Post a Comment

Featured Post

4 Lembaga Penerima Hibah Setiap Tahun

4 Lembaga Penerima Hibah Setiap Tahun 1. KONI  dasar hukum untuk Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) adalah Pasal 69 Undang-Undang Nom...

Popular Posts