PENGARUH PERANG SALIB
KONTAK BUDAYA ANTARA BARAT DENGAN TIMUR
oleh :
MUHAMMAD FAKHRI PRATAMA
1106062802
Program Studi Arab
FIB, Universitas Indonesia
LATAR BELAKANG
Perang Salib adalah salah satu peristiwa yang terjadi
pada tahun 1096. Perang ini di latar belakangi oleh seruan Paus Urban II untuk
merebut kembali Baitul Maqdis dari kekuasaan kaum kafir (kaum muslim)
bertepatan pada tanggal 27 November 1095. Paus Urban II mendapat kabar bahwa para peziarah yang
menuju Baitul Maqdis diganggu oleh kaum Muslim. Namun penyebab utamanya adalah permohonan
kaisar Alexius Comnesus pada Paus Urban II untuk membantunya melawan pasukan
Bani Saljuk di Asia Kecil, karena mengancam kekuasaan Konstatipel. Pada bulan
maret tahun 1096 gelombang pertama Pasukan Salib berangkat menuju Yerusalem.
Pasukan Salib yang berangkat menuju Yerusalem terdiri dari berbagai kalangan
dan memiliki berbagai tujuan. Kaum bangsawan memiliki tujuan untuk mencari
kekuasaan, kaum agamawan bertujuan untuk melakukan Kristenisasi di rute
perjalanan menuju Yerusalem. Sebagian besar Pasukan Salib terdiri dari para
penjahat yang ingin diampuni dosa-dosanya. Mereka terbujuk atas khutbah Paus Urban
II sampaikan, mengenai pengampunan dosa dan surga jika mereka mengikuti perintah
Paus Urban II. [1]
Untuk
menuju Yerusalem Pasukan Salib harus melewati daerah-daerah kekuasaan kerajaan yang
menganut agama Islam. Pasukan Salib sangat terkejut dengan dunia Timur yang
mereka pikirkan selama ini, yang menurut mereka bangsa Timur adalah bangsa yang
terbelakang daripada bangsa mereka. Namun semua pikiran tersebut terbantahkan
ketika mereka secara langsung melihat kemajuan dari berbagai bidang yang
dibangun oleh bangsa Timur. Pasukan Salib pun melakukan kontak
dengan penduduk daerah-daerah yang mereka lalui, melalui kontak tersebut baik
secara langsung maupun tidak langsung telah terjadi kontak budaya antara bangsa
Timur dengan bangsa Barat.
KONTAK BUDAYA
Suriah
menjadi daerah terpenting dalam hal proses kontak budaya antara Barat dan
Timur. Selama berlangsungnya perang salib, terjadi proses interaksi budaya
antara Barat dan Timur. Interaksi di antara keduanya lebih banyak menguntungkan
Barat
ketimbang Timur. Aspek kebudayaan yang lebih banyak berpengaruh pada orang Barat lebih banyak
meliputi aspek seni, perdagangan, dan industri daripada aspek sastra
maupun keilmuan.
Dibawah
kekuasaan dinasti Nuridiyah dan Ayyubiyah, Suriah dan Damaskus menjadi saksi
periode paling gemilang saat dipimpin oleh Nur al-din dan Shalah al-din. Nur
al-din merenovasi dinding-dinding pertahanan kota, menambahkan pintu dan
menara, serta membangun gedung-gedung pemerintahan, tetapi Nur al-din juga
mendirikan sekolah pertama di Damaskus. Dia juga membangun rumah sakit terkenal
dengan namanya (al-Nuri). Shalah al-din
merupakan khalifah yang lebih banyak mencurahkan perhatian pada bidang
pendidikan dan arsitektur. Shalah al-din memperkenalkan sekolah tipe madrasah ke
negeri Yerusalem dan Mesir. Salah satu akademi terkemuka di Kairo menyandang namanya sendiri yakni al-Shalahiyyah. Selain mendirikan sejumlah
sekolah, Shalah al-din juga membangun dua rumah sakit di Kairo.
Tanpa mengesampingkan manisfestasi intelektual dan
aktivitas pendidikan, kebudayaan Islam pada masa Perang Salib di Timur bisa
dikatakan sama sekali tidak berkembang. Dalam dunia filsafat, kedokteran,
musik, dan disiplin lainnya, hampir semua kekuatan besar itu telah musnah. Hal
ini sebagian menjelaskan mengapa Suriah, yang sepanjang abad ke-12 dan ke-13
menjadi perhatian utama dalam hubungan antara dunia Islam dan Kristen Barat, membuktikan
diri sebagai sarana bagi penyebaran pengaruh bangsa Arab, yang kepentingannya
jauh lebih kecil dibanding Spanyol, Sisilia, Afrika Utara,
atau bahkan kerajaan Bizantium.
Walaupun di Suriah kebudayaan Islam memberikan pengaruh
besar pada perkembangan budaya Kristen di Eropa melalui Pasukan Salib, kemudian
melalui penerapan dampak budaya itu langsung di tengah masyrakat Barat, dan melalui proses infiltrasi di sepanjang rute perdagangan, kesan
tentang adanya pengaruh spiritual dan intelektual tidak kita dapatkan. Di sisi
lain, kita juga harus mengingat bahwa orang Franka di Suriah, disamping
memiliki tingkat kebudayaan yang lebih rendah dibanding musuh mereka, mereka juga
kebanyakan merupakan legiun asing yang selalu diam di markas dan benteng
mereka, lebih banyak menjalin kontak dengan penduduk pribumi yang kasar
ketimbang dengan para sarjana atau kalangan intelektual negeri itu.
Selain itu, terdapat kebencian atau prasangka kebangsaan
dan keagaman akut yang merintangi proses interaksi di antara bangsa-bangsa yang terlibat. Dalam
bidang ilmu pengetahuan dan kesenian, Pasukan Salib hanya memiliki sedikit
keahlian untuk diajarkan kepada para penduduk pribumi. 2
Kontak budaya ini terjadi karena faktor geografis Suriah yang berbatasan dengan Laut Mediterania. Laut Mediterania merupakan laut pedalaman yang berada
diantara benua Eropa, Asia, dan Afrika. Laut ini berhubungan dengan Lautan
Atlantik di sebelah baratnya, yang dihubungkan oleh Selat Giblartar. Karena
posisinya yang strategis, secara politik-ekonomi Laut Mediterania menempati
posisi yang sangat penting sebagai tempat perdagangan maritim selama beberapa
abad antara dunia Islam dan Eropa.3
1. KONTAK BUDAYA MELALUI PERDAGANGAN
Jauh
sebelum kehadiran Islam di Saudi Arabia, sudah ada rute-rute perdagangan yang
selama beberapa abad dilalui oleh para pedagang. Menurut kalangan arkeolog ada
bukti-bukti yang menunjukkan bahwa di Timur telah terjadi perdagangan
internasional sejak 2700 SM. Pada 5.000 tahun yang lalu telah terjadi
pengangkutan timah dari pegunungan Afghanistan melalui Iran ke kota Eshnunna
(Tel Asmar, Irak) di Sungai Tigris Mesopotamia. Dari tempat ini kargo-kargo itu
diangkut melalui kota Mari di Euphrat ke pelabuhan Ugarit (Ras Shamra) di utara
Suriah, dan akhirnya dikapalkan menuju wilayah Asia Barat. Timah
merupakan komoditi yang penting, karena sebagai bahan pokok dalam produksi
perunggu. Logam campuran perunggu ini dibentuk di Mediternia Timur pada 3000 tahun
sebelum masehi, dan telah menyebabkan terjadinya revolusi ekonomi, peradaban
dan kemakmuran. Pada masa itu hanya ada dua daerah penghasil timah, yaitu
Afghanistan dan Anatolia. Timah Anatolia, di samping untuk memenuhi kebutuhan
lokal, sisanya diekspor. Meningkatnya permintaan terhadap timah menyebabkan
jalan menuju ke Afghanistan dikenal sebagai Jalan Timah (Tin Road).
1.1
JALUR
PERDAGANGAN
Koneksi
Anatolia dengan Jalan Timah dan Jalan Sutera tidak dilakukan melalui darat
tetapi melalui pelabuhan-pelabuhan Mediterania. Pelabuhan-pelabuhan di pantai
Mediterania merupakan persimpangan jalan penting dalam rute perdagangan ini.
Satu rute dari pelabuhan Ugarit di Suriah dengan melewati Antakya (Antiokia)
menuju ke Adana di Turki. Timah yang ditambang di pegunungan Taurus bagian
selatan Turki dibawa ke sini dan dijual. Pada masa ini rute jalan timah meluas
sampai ke Konya (Ikonium), melalui jalur Nigde (Najd) akhirnya sampai ke pantai
Asia di Bosporus. 4
Mediterania,
sejak abad ke-8 hingga abad-abad selanjutnya, mediterania benar-benar menjadi
koneki antara dunia Islam dan Eropa Kristen. Bagi orang-orang Romawi,
Mediterania merupakan pusat komunikasi, karena provinsi-provinsi yang ada di
sekitarnya berbatasan dengan wilayah kekuasaan kerajaan-kerajaan lain. Sisi
barat dan selatannya berbatasan dengan wilayah-wilayah Islam, di pantai selatan merupakan wilayah yang diperebutkan
antara kaum Muslimin dan Bizantium, dan
pantai utara dibagi antara orang-orang Eropa dan Bizantium, sementara
pulau-pulaunya dikuasai oleh Bizantium dan kaum Muslimin.
Mediterania
berperan besar terhadap kontak yang terjadi antara dua entitas peradaban ini. Peran
konektif yang menjadi tekanan adalah berkaitan dengan aktifitas perdagangan dan
komersial pada umumnya.5
1.2 PROSES KONTAK BUDAYA
Pada
tahun 1099, Tentara Salib dapat mencapai tujuannya, yaitu menaklukan
kota Jerusalem. Hal ini memiliki dampak terhadap perdagangan di laut
Mediterania. Dampak paling besar yang dapat dirasakan oleh kota-kota Italia
adalah dikuasainya kembali laut Mediterania. Kontrol perdagangan dari Bosporus
dan Suriah ke selat Gibraltar kembali berada di tangan para pedagang Eropa
Kristen. Gerakan ekonomi yang berada di wilayah ini dengan cepat menyebar ke
wilayah utara Alps. Kebangkitan kembali perdagangan laut dengan cepat telah menggerakkan
perdagangan di wilayah daratan. Menyebabkan semakin meningkatnya volume
perdagangan. Alasannya antara lain tingginya selera Eropa atas barang-barang
yang berasal dari Timur. Kehadiran Tentara Salib ini dengan sendirinya telah
menyebabkan lahirnya jalan salib (crusade road) yang terbentang antara
Peking sampai ke Paris. Oleh-oleh dari Tanah Suci Jerusalem, merupakan barang
yang memiliki nilai sangat tinggi. Barang-barang mewah seperti halnya karpet,
produk tekstil, gading, produk-produk dari logam, keramik, dan gelas, telah
mengisi dan menambah keanggunan rumah-rumah dan katedral-katedral di Eropa.
Kebanyakan barang-barang ini sampai ke Eropa melalui jalur darat dan laut di
Asia Kecil.6
2. KONTAK BUDAYA MELALUI PERTANIAN
Sejak akhir abad ke-11,
Permintaan yang meningkat akan komoditas hasil pertambangan, linen, dan pakaian
wol, dan terutama biji-bijian, telah merangsang tumbuhnya pertanian. Pasukan
Salib mendapatkan lebih banyak keuntungan dan manfaat dibanding dalam bidang
intelektual. Mereka berhasil mendapatkan pengetahuan tentang jenis
tumbuh-tumbuhan baru di kawasan Mediterania Barat, pertanian bangsa Arab berdampak
besar kepada Pasukan Salib. Beberapa bahan pertanian sangat diminati oleh bangsa Eropa.
Beberapa jenis tanaman di Mediterania seperti biji mijen, semangka, jeruk,
apricot dan padi-padian. Selain itu Pasukan Salib mendapatkan cita rasa baru,
terutama dalam parfum, rempah-rempah, makanan-makanan baru, dan produk-produk
lainnya dari Arab dan India yang tersedia di pasar-pasar Suriah. Hal ini
mendorong tumbuhnya perdagangan di Italia dan kota-kota besar di Mediterania.
Keharuman dupa dan getah Arab, Minyak wangi yang menguap (volatile oil)
dan mawar merah dari Persia menjadi produk paling diminati para pedagang Eropa.
Tawas & pohon Gaharu menjadi bahan obat-obatan baru. Sedangkan untuk
rempah-rempah seperti cengkeh, jahe dan bumbu beraroma lainnya menjadi bahan pelengkap pangan yang
paling diminati. Sejak saat itu setiap perjamuan dilengkapi dengan rempah-rempah.
2.1 PROSES KONTAK BUDAYA
Namun bumbu yang paling penting saat itu adalah gula. Bangsa Eropa
ketika itu terbiasa menggunakan madu untuk pemanis makanan mereka. Ketika
Pasukan Salib berada di kawasan maritim Suriah, mereka melihat anak-anak
setempat sedang mengisap batang tebu, sejak saat itu Pasukan Salib mulai
mengenal tanaman tebu. Mereka membawa jenis tanaman tersebut ke Eropa. Sejak
saat itu gula menjadi suatu komoditi penting dalam bidang ekonomi maupun bidang
pengobatan. Di Eropa gula memiliki harga jual yang tinggi, hanya kalangan
tertentu saja yang bisa membeli gula. Setelah gula masuk ke kawasan Eropa,
mulai bermunculan toko-toko yang menjual produk-produk olahan yang berasal dari gula.7
3. KONTAK BUDAYA DALAM
BIDANG TEKNOLOGI
Semua
aspek kehidupan menggunakan teknologi, baik dari bidang pertanian, bidang
militer, bidang kelautan dan bidang-bidang lainnya. Pada saat Perang Salib,
Pasukan Salib melihat kincir air yang lebih maju, kincir air ini merupakan
teknologi dalam bidang pertanian yang
berfungsi membantu pengairan lahan-lahan pertanian. Pasukan Salib pun
mempelajari kincir air tersebut, setelah itu Pasukan Salib yang pulang ke Eropa
membuat kincir air di daerah asalnya seperti kincir air yang dikembangkan oleh
oleh penduduk Suriah. Emessa merupakan daerah asal kincir air modern tersebut.
Pertanian tidak terlepas dari masalah pengairan, bangsa Timur membuat saluran
irigasi untuk memudahkan pengairan ke ladang pertaniannya. Hal ini juga dibantu
dengan kincir air yang memudahkan aliran air menjadi teratur.
3.1 PROSES KONTAK BUDAYA
Dalam bidang kelautan, terutama
dalam sistem navigasi, para pelaut di Lautan Mediterania yang berasal dari Timur telah mengembangkan
suatu alat yang bernama kompas. Dilihat dari asalnya, kompas berasal dari Cina,
yang berfungsi untuk menunjukkan arah mata angin di daratan untuk membantu
menetukan arah. Karena kondisi geografis yang berbeda, maka para pelaut
tersebut melakukan pengembangan terhadap kompas untuk menunjukkan arah mata
angin di lautan. Sejak saat itu, para pelaut tidak lagi salah tujuan, dampak
kepada bangsa Eropa sangat besar. Bangsa Eropa
mulai melakukan penjelajahan melalui laut untuk mencari dan menjual
barang-barang dagangannya.8
Bidang Geografis merupakan salah satu bidang
yang sangat penting yang dipelajari oleh bangsa Eropa. Sebelum Perang Salib
terjadi, bangsa Eropa tidak begitu mengenali keadaan geografi daerah Asia Kecil, Suriah dan Mesir. Bidang
inilah yang mendorong bangsa Eropa berani melakukan ekspedisi-ekspedisi yang
jauh. Dengan bantuan kompas, mereka semakin yakin dalam melakukan ekspedisi.
Globe merupakan penemuan dalam bidang Geografi. Penemunya bernama Al-Idrisi,
globe buatannya menggambarkan 6 benua, lengkap dengan jalur perdagangan, danau,
sungai, kota-kota utama, daratan, dan gunung-gunung. Tak hanya itu, globe
tersebut juga memuat informasi tentang jarak, panjang, dan tinggi secara
akurat.9
Teknologi bangsa Eropa sejak saat
itu tumbuh pesat, hal ini yang mendorong terjadinya masa kebangkitan di Eropa (renaissans).
Namun hal ini tidak terlepas dari pembelajaran bangsa Eropa kepada bangsa
Timur. Bangsa Timur secara langsung dan tidak langsung telah membantu bangsa
Eropa keluar dari masa kegelapan yang terjadi sebelum Perang Salib.
4. PROSES PENGADOPSIAN
ARSITEKTUR
Para Pasukan Salib mendapatkan
pengetahuan subtansial mengenai bangunan militer dari Italia dan Normandia yang
sebagian besar di kembangkan oleh bangsa Arab. Kondisi arsitektur Bangsa Eropa
pada saat itu hanya berupa kastil dan gereja. Setelah mereka melihat
arsitektur-arsitektur di Yerusalem yang didominasi dengan bentuk kubus dengan
kubah gerinda sederhana. Salah satu bangunan yang terkenal di Yerusalem adalah
Gereja Makam Suci dan Kubah Batu (Dome Of The Rock). Mereka dengan sengaja
meniru bentuk arsitektur tersebut, sehingga di daratan Eropa terdapat bangunan
yang menyerupai bangunan yang ada di Yerusalaem.10
5. KONTAK BUDAYA DALAM
BIDANG MILITER
Melihat ke dalam bidang militer, akan terlihat sangat
jelas bahwa Arab sangat mempengaruhi Pasukan Salib. Dapat dilihat dari pakaian
yang digunakan, peralatan perang yang digunakan serta peralatan pendukung dalam
perang tersebut.
5.1 PERLENGKAPAN PERANG
Penggunaan baju zirah oleh bangsa
Arab dalam perang, telah mempengaruhi Pasukan Salib yang pada saat itu belum
menggunakan baju zirah yang layak untuk
digunakan dalam peperangan. Dalam
proses pembuatan pakaian perang, bangsa Arab telah memakai teknik quilting.
Quilting merupakan suatu metode menjahit
atau mengikat dua lapisan kain dengan selapis sejenis bahan penyekat diantara
keduanya. Mereka melihat dari ksatria Muslim, yang memakai baju jerami yang
dilapisi dengan kain kampas/terpal untuk menggantikan baju baja. Sebagai bentuk
perlundingan diri, ini memberikan perlindungan yang efektif dibandingkan baju
baja Pasukan Salib dan merupakan bentuk penyekatan yang efektif. Hal ini mendorong bangsa Eropa
mempelajari teknik tersebut untuk kebutuhan saat musim dingin, yaitu sebagai
baju hangat saat musim dingin. Dengan demikian tumbuh industri rumahan pada
musim dingin seperti di Inggris dan Belanda.
Untuk
menunjukkan bahwa mereka adalah angkatan perang, Pasukan Salib mengadopsi
peralatan pelengkap perang dari Pasukan Islam di Suriah. Penggunaan sangkakala
perang, tambur, bendera kerajaan dan genderang perang merupakan atribut yang
diadopsi oleh Pasukan Salib dari Pasukan Islam.
5.2 STRATEGI PERANG
Dalam suatu
perang, penyampaian informasi adalah sesuatu yang vital, informasi tersebut
untuk memberi tahu keadaan perang. Penyampaian informasi yang cepat adalah salah satu syarat dalam
peperangan. Salah satu cara penyampaian informasi dengan cepat adalah
menggunakan burung. Pasukan Salib mempelajari teknik melatih burung merpati-pos
untuk menyampaikan informasi militer. Mereka mempelajari hal ini dari penduduk
pribumi.
Kemenangan merupakan hal utama yang
dituju dalam peperangan. Untuk memenangkan suatu perang, angkatan perang
membutuhkan strategi yang bisa mengalahkan pihak lawan. Dalam Perang Salib,
telah berkembang berbagai strategi perang baik dalam hal taktik pengepungan,
memperlemah pertahanan, pemasangan ranjau, penggunaan katapul, mangonel dan
alat pendobrak serta penggunaan bahan peledak. Salah satu strategi yang
diadopsi bangsa Eropa dari bangsa Arab adalah penggunaan bahan peledak yang
bahan dasarnya adalah bubuk mesiu, bubuk mesiu merupakan bahan terpenting yang
berasal dari Cina. Di Cina bubuk mesiu hanya digunakan sebagai bahan baku
pembuatana kembang api. Bahan tersebut oleh
bangsa Arab dikembangkan dengan metode pemurnian
potassium nitrate. Hal ini untuk membantu keperluan militer. Perangkat bom
buatan Pasukan Islam ini menakutkan bagi Pasukan Salib. Pasukan Mongol
memperkenalkan bubuk mesiu ke Eropa sekitar tahun 1240. Satu abad kemudian
bangsa Eropa telah mengembangkan berbagai jenis bahan peledak yang berbahan
dasar dari bubuk mesiu.
Resep pertama
tentang bubuk mesiu yang ditulis oleh orang Eropa ditemukan dalam karya yang
ditulis oleh seorang Yunani bernama Marc sekitar tahun 1300. Sebelum tahun
1300, Hasan al-Rammah Najm al-Din al-Ahdab, yang kemungkinan orang Suriah,
telah menyusun satu catatan berjudul al-Furushiyah wa al-Manasib al-
Harbiyyah (Tentang Kuda dan Latihan Militer). Dalam karyanya itu ia
menjelaskan fungsi salpetrus (sejenis bahan kimia), salah satu komponen bubuk
mesiu,serta mengungkapkan resep phyrotechnic (teknik pembakaran), yang
diperkirakan sebagai sumber acuan Marc dalam penulisan resep, karena terdapat
beberapa kemiripan. Salah satu acuan paling tua tentang penggunaan bubuk mesiu
adalah karya al-Umari.
5.3 TRADISI PERANG
Perayaan
kemenangan merupakan suatu tradisi yang wajib di lakukan oleh pihak yang memenangkan
peperangan. Saat Pasukan Salib berada di Suriah, mereka melihat perayaan yang
dilakukan oleh penduduk setempat untuk menyambut Pasukan Islam yang membawa
kemenangan. Maka tradisi tersebut diadopsi oleh Pasukan Salib, namun perayaan
yang dilakukan oleh Pasukan Salib cenderung negatif. Mereka minum-minuman yang
memabukkan, dan ‘bermain’ dengan wanita-wanita penghibur.11
6. KONTAK BUDAYA DALAM
BIDANG ILMU PENGETAHUAN
Melalui bangsa
Arab (Islam), Eropa dapat memahami ilmu pengetahuan kuno seperti dari Yunani
dan Babilonia. Banyak pemuda Eropa yang belajar di
universitas-universitas Islam di Spanyol seperti Cordoba, Sevilla, Malaca, Granada dan Salamanca. Cordoba
mempunyai perpustakaan yang berisi 400.000 buku dalam berbagai cabang ilmu
pengetahuan. Selama belajar di universitas-universitas
tersebut, mereka aktif menterjemahkan buku-buku karya ilmuwan muslim. Pusat
penerjemahan itu adalah Toledo. Setelah mereka pulang ke negerinya, mereka
mendirikan sekolah dan universitas.
Universitas yang pertama kali berada di Eropa
ialah Universitas Paris yang didirikan pada tahun 1213 M dan pada akhir zaman
pertengahan di Eropa baru berdiri 18 universitas. Pada universitas tersebut
diajarkan ilmu-ilmu yang mereka peroleh dari universitas Islam seperti ilmu
kedokteran, ilmu pasti dan ilmu filsafat.12
Dari ilmu kedokteran ada
seorang tokoh yang berasal dari Persia yang bernama Ibnu Sina. Di Eropa Ibnu Sina dikenal
dengan nama Avicena. Beliau adalah seorang dokter di kota Hamazan Persia,
penulis buku-buku kedokteran dan peneliti berbagai penyakit. Beliau juga
seorang filsuf yang terkenal dengan idenya mengenai paham serba wujud atau
wahdatul wujud. Ibnu Sina juga merupakan ahli fisika dan ilmu jiwa. Karyanya
yang terkenal dan penting dalam dunia kedokteran yaitu Al Qanun fi At Tibb yang
menjadi rujukan ilmu kedokteran.13
Sedangkan dari ilmu filsafat adalah Ibnu Rusyd, ia
memiliki peran yang sangat besar sekali pengaruhnya di Eropa sehingga
menimbulkan gerakan Averoisme (di Eropa Ibnu Rusyd dipanggil Averoes) yang
menuntut kebebasan berfikir. Berawal
dari Averoisme inilah lahir reformasi
pada abad ke-16 M dan rasionalisme pada abad ke-17 M di Eropa. Buku-buku
karangan Ibnu Rusyd kini hanya ada salinannya dalam bahasa latin dan banyak
dijumpai di perpustakaan-perpustakaan Eropa dan Amerika. Karya beliau dikenal
dengan Bidayatul Mujtahid dan Tahafutut Tahaful.14
6.1 PROSES DAN FAKTOR PENDUKUNG
Ada cukup banyak contoh
konkret yang menunjukkan proses peralihan pengetahuan dan filsafat. Seorang sarjana Eropa, Petrus Alfonsi belajar ilmu kedokteran pada salah
satu fakultas kedokteran di Spanyol dan ketika kembali ke negerinya Inggris ia
diangkat menjadi dokter pribadi oleh Raja Henry I. Selain menjadi dokter, ia
bekerja sama dengan Walcher menyusun mata pelajaran ilmu falak berdasarkan
pengetahuan sarjan dan ilmuwan muslim yang didapatnya dari Spanyol. Kemudian ahli Aljabar dari Eropa yang pertama, Leonardo
Fibonacci, yang mempersembahkan sebuah karya tentang angka-angka kotak kepada
Frederick II, pernah mengunjungi Mesir dan Suriah. Seorang penduduk Pisa,
Stephen dari Antiokia, menerjemahkan sebuah buku penting dalam bidang
kedokteran karya al-Majusi di Antiokia pada 1127. Karya itu merupakan
satu-satunya karya yang berbahasa Arab yang dibawa oleh orang Eropa ke daerah
mereka. Tetapi pada abad ke-12 di Eropa muncul rumah sakit. Dengan demikian,
gagasan tentang rumah sakit tidak lepas dari pengaruh orang Islam di timur. Demikin juga dengan
Adelard of Bath (1079-1192 M) yang pernah belajar pula di Toledo dan setelah ia
kembali ke Inggris, ia pun menjadi seorang sarjana yang termasyhur di
negaranya.
Seorang
sarjana berkebangsaan Perancis bernama Gerbert d’Aurignac dan
pengikutnya, Gerard de Cremona yang lahir di Cremona, Lombardea, Italia Utara,
pernah tinggal di Toledo, Spanyol. Dengan bantuan sarjana muslim disana, ia
berhasil menerjemahkan lebih kurang 92 buah buku ilmiah Islam ke dalam bahasa
latin. Di antara karya tersebut adalah Al Amar karya Abu Bakar Muhammad ibnu
Zakaria Ar Razi (866-926 M) dan sebuah buku kedokteran karangan Qodim Az
Zahrawi serta buku Abu Muhammad Al baitar berisi tentang tumbuhan.
Sarjana-sarjana muslim tersebut mengajarkan penduduk non muslim tanpa
membeda-bedakan agama yang mereka anut.15
Akibat atau pengaruh dari
perkembangan ilmu pengetahuan Islam ini menimbulkan kajian filsafat Yunani di
Eropa secara besar-besaran dan akhirnya menimbulkan gerakan kebangkitan atau
renaissans pada abad ke-14. Berkembangnya pemikiran Yunani ini melalui
karya-karya terjemahan berbahasa Arab yang kemudian diterjemahkan kembali ke
dalam bahasa Latin.
7. PERKEMBANGAN BIDANG
SISTEM ADMINISTRASI
Kerajaan
yang besar harus memiliki sistem administrasi yang baik. Saat sebelum Perang
Salib berlangsung, kerajaaan-kerajaan di Eropa belum memiliki sistem
administrasi yang baik. Seluruh administrasi yang dijalankan saat itu mengatas namakan gereja.
Gereja yang menjalankan administrasi keuangan. Administrasi keuangan sangat
penting bagi jalannya suatu kerajaan. Pada saat itu ditetapkan pajak tanah yang
sangat tinggi kepada para petani dan masyarakat miskin. Hal ini menyebabkan
timbulnya sistem feodal, dimana para tuan tanah menguasai seluruh tanah dan
hasil dari tanah tersebut. Hasil dari tanah tersebut kemudian disumbangkan
kepada gereja. Para petani tidak bisa melakukan sesuatu untuk lepas dari sistem
tersebut, kemudian Perang Salib dikumandangkan. Banyak dari pihak petani dan
masyarakat miskin yang ikut menjadi Pasukan Salib, karena mereka dijanjikan
kehidupan yang layak jika ikut andil dalam perang ini. Maka para pemiliki tanah
kehilangan tenaga kerja untuk menggarap tanahnya, gereja tidak mendapat
pemasukan pajak lagi, maka hal ini telah menghilangkan sistem feodal yang
selama ini terjadi. Pengaruh gereja pun ikut berkurang seiring berjalan waktu,
sehingga yang terlihat hanya persaingan kerajaan-kerajaan di Eropa dalam
memperebutkan kekuasaan. Perang Salib membutuhkan dana yang cukup besar, untuk
mendapatkan dana tersebut, para penguasa Eropa meminta para tuan tanah untuk
memberikan sumbangan berupa harta benda, uang dan tenaga. Tuan tanah pun
terpaksa menjual harta benda mereka untuk menghasilkan uang, yang akan
digunakan untuk membantu dalam Perang Salib.
Louis VII memperkenalkan sistem keuangan yang baru,
karena ia melihat jika hanya mengandalakan dana dari para tuan tanah, dana
tersebut akan sangat sedikit sekali jumlahnya. Tujuan sistem ini untuk
mengumpulkan uang sebanyak mungkin untuk menaggung dana Perang Salib. Jumlah
dana yang disumbangkan untuk biaya perang menjadi satu persepuluhnya, besaran
ini merupakan jumlah yang harus disumbangkan oleh tokoh. Saat Perang Salib
dipimpin oleh Richard the Lion Heart, sistem ini diberi nama Salahudiin
Tithe. Dari sinilah awal mula pembaruan sistem keuangan modern. Sistem
pencatatan kredit pun muncul karena peredaran uang yang cepat serta terciptanya
persediaan yang lebih besar. Perusahaan-perusahaan bank dan pengelola keuangan
muncul di Genoa dan Pisa yang memiliki kantor cabang di Levant. Para Pasukan
Salib mulai menggunakan surat kredit, menerima uang dalam bentuk deposito,
serta meminjamkannya dengan bunga. Koin emas pertama yang mungkin pernah dibuat
oleh bangsa Latin adalah Byzantinius Saracenatus, yang dicetak oleh
orang Venesia di Tanah Suci dan bertuliskan Arab.16
Peperangan yang besar, seperti Perang Salib melibatkan
banyak pihak, baik dari kerajaan kecil maupun kerajaan yang besar. Untuk
memenangi peperangan, kerajaan besar membutuhkan dukungan dan kerja sama dengan
kerajaan kecil untuk menjaga pengaruhnya di daerah tersebut. Untuk menjalankan
kerja sama tersebut, pihak yang akan mengajak kerjasama mengirim wakilnya
kepada pihak yang akan diajak kerjasama. Pada saat awal Perang Salib, Pasukan
Salib kesulitan untuk menaklukan daerah-daerah kerajaan Islam walaupun hanya
kerajaan kecil, kemudian mereka mempelajari hal tersebut dan menemukan sistem
kerjasama yang digunakan kerajaan Islam, kerajaan-kerajaan di Eropa mulai
mengadakan kerjasama untuk mendukung Pasukan Salib setelah mempelajari sistem
tersebut yang bertujuan untuk memperkokoh kedudukan mereka di daerah Timur.
Upaya mereka berjalan dengan baik, dengan cepat banyak daerah-daerah di Timur
yang mau bekerjasama dengan Pasukan Salib. Hal ini mendorong perkembangan
sistem pos antara dunia Timur dengan dunia Barat, dengan adanya sistem pos ini,
seluruh kebutuhan Pasukan Salib dapat terpenuhi dengan baik.
Wilayah kerajaan yang sangat luas memiliki tingkat
pengawasan yang rendah dari kerajaan pusat. Untuk menjaga wilayah-wilayah
tersebut, diperlukan sebuah sistem keamanan yang efektif di kerajaan-kerajaan
kecil, salah satu caranya adalah penggunaan surat izin jalan. Dengan cara ini
kerajaan bisa mengawasi dan membatasi orang-orang yang masuk kedalam wilayah
kerajaan mereka. Sistem surat izin jalan ini pun berkembang menjadi pasport.
Disetiap peperangan pihak yang kalah
akan dijadikan budak, baik untuk bekerja kepada pihak yang menang atau dijual
kepada para pembeli budak. Pasukan Salib sangat tidak manusiawi dalam
memperlakukan budak-budak mereka. Para budak disiksa dan dipermainkan hanya
untuk menghibur para Pasukan Salib. Berbeda dengan Pasukan Islam, mereka
memperlakukan budak selayaknya manusia. Hal ini mendorong kaum intelektual
bangsa Eropa menyuarakan kepada para Pasukan Salib untuk memperlakukan budak
dengan baik. Kemungkinan hal inilah yang menyebabkan timbulnya aturan mengenai
HAM.17
8.
KONTAK BUDAYA DALAM BIDANG SENI
Seni merupakan hal yang tidak bisa
lepas dari kehidupan manusia. Dampak yang terlihat secara luas dari Perang
Salib adalah seni. Seni di Eropa saat sebelum Perang Salib tidak berkembang,
bahkan kemungkinan tidak ada seni. Saat Pasukan Salib datang ke Timur, mereka
dimanjakan akan hal-hal yang indah. Mereka melihat barang-barang kerajinan
kriya yang berasal dari daerah Asia. Perhiasan berharga dari permata yang
diproses dengan baik menghasilkan karya seni yang indah bagi Pasukan Salib.
Permata tersebut diproses oleh para perajin Damaskus dan Yajdi-Kairo. Cermin
menjadi barang seni yang indah, cermin yang biasanya terbuat dari baja yang
dipoles, di daerah Timur sudah menggunakan cairan metalik untuk bahan dasarnya.
Vas bunga, karpet, permadani dari timur menjadi barang
seni bernilai tinggi. Pemakaian kaca-kaca berwarna sebagai hiasan bangunan
menjadi salah satu bukti bahwa bangsa Eropa mengikuti seni bangsa Arab. Bangsa
Eropa melihat kedalam bangunan-bangunan yang ada di Timur yang berhiaskan
kaca-kaca yang berwarna-warni, membuat bangunan tersebut menjadi indah dan
hidup. Kemudian seni ini dibawa ke Eropa dan di aplikasikan ke dalam bangunan
seperti gereja.
Pasukan Salib yang pulang kembali ke Eropa, membawa
cinderamata berupa benda-benda peninggalan Arab yang digunakan sebagai penghias
rumah menggantikan relik-relik Kristen. Hal ini menyebabkan sentra industri
cinderamata mucul di Eropa salah satunya di pusat kerajinan di daerah Arras.
Karya-karya seni ketimuran yang terbuat dari kaca, porselen, keramik, emas, dan
perak menjadi model produk-produk Eropa.18
9. KONTAK BUDAYA MELALUI GAYA HIDUP
Perang Salib yang terjadi selama dua
ratus tahun telah menyebabkan budaya bangsa Arab banyak diadopsi oleh bangsa
Eropa. Terutama dari gaya kehidupan bangsa Eropa sekarang. Pada zaman
kegelapan, dimana Eropa pada saat itu mengalami keterbelakangan dalam berbagai
segi kehidupan. Mereka makan dengan cara yang tidak pantas, dari segi kesehatan
bangsa Eropa tidak terlalu peduli. Cara berpakaian pun mereka tidak pikirkan.
Namun semua hal itu berubah ketika sebagian besar masyarakat Eropa ikut dalam
Perang Salib. Mereka mendapat banyak pelajaran kehidupan dari bangsa Arab.
Bangsa Eropa ingin kehidupan mereka seperti bangsa Arab, yang maju dari segala
segi kehidupan. Gaya hidup yang mereka tiru dari bangsa Arab adalah kebersihan.
Karena dari kebersihan akan menyebabkan kesehatan, dan kesehatan mendukung
semua aktifitas dengan baik. Cara untuk menjaga kebersihan yang ditiru oleh
bangsa Eropa adalah mandi, bangsa Eropa terbiasa mandi tanpa menggunakan sabun.
Namun mereka melihat bangsa Arab pada saat mandi menggunakan sabun yang membuat
tubuh mereka wangi dan bersih. Berjalannya waktu sabun pun tersebar hingga
daratan Eropa, dengan berbagai jenis sabun yang telah dikembangkan, sabun menjadi
produk mandi yang paling digemari.
Cara makan pun demikian, bangsa Eropa
mengadopsi cara makan bangsa Arab yang menggunakan sendok dan garpu saat makan,
dan memproses bahan makanannya terlebih dahulu. Sehingga makanan yang dimakan
matang dan layak dimakan.19
2 Philip K.
Hitti, History of The Arabs. (Jakarta: Serambi
lmu Semesta, 2010), hlm. 842-843
3 Mahayudin
Hj. Yahya op.cit.
hlm. 385
4 John
Farndon. 2000 Things You Should Know About World History.
(Jakarta: PT
Bhuana Ilmu Populer, 2010),
hlm. 70
5 Mahayudin
Hj. Yahya op.cit. hlm. 386
6 David
Nicolle. The First Crusade 1096-1099: Conquest of the Holy Land.
(Jakarta: Kepustakaan
Populer Gramedia, 2010),
hlm. 1-7
7 Philip K.
Hitti op.cit. hlm. 853-854
8 Ibid.
hlm. 857.
9 Murodi.
Sejarah Kebudayaan Islam. (Semarang: PT. Karya Toha Putra, 2010),
hlm. 23
10 Philip K.
Hitti op.cit. hlm. 851
11 Ibid.
hlm. 849-850.
12 Carole
Hillendrand, Perang Salib; Sudut Pandang Islam
(Jakarta: Serambi, 2006), hlm. 653-654
13 Murodi op.cit. hlm. 25
14 Ibid.
15 Carole
Hillendrand op.cit. hlm. 657-659
16 Mahayudin
Hj. Yahya op.cit. hlm. 388-389
17 John
Farndon op.cit. hlm. 67
18 Philip K.
Hitti op.cit. hlm. 855-856
19 John Farndon op.cit.
hlm. 80
PENUTUP
Dari
uraian diatas dapat disimpulkan bahwa peradaban yang telah dibangun oleh bangsa
Timur telah mendorong bangsa Eropa untuk menyamai peradaban yang telah dibangun
bangsa Timur. Salah satu cara untuk menyamai peradaban, yaitu melalui Perang
Salib. Selama Perang Salib bangsa Eropa banyak mempelajari hal-hal baru dari
bangsa Timur, terutama dalam bidang IPTEK, arsitektur dan kebudayaan. Hal ini
juga didukung dengan adanya sekolah dan universitas di Spanyol. Selama mereka
menuntut ilmu, mereka menyalin karya-karya ilmuwan Timur ke bahasa Latin.
Dengan ini mereka dengan mudah mempelajari IPTEK. Setelah mereka selesai
menuntut ilmu, mereka kembali ke daerah masing-masing. Kemudian perkembangan
IPTEK didaratan Eropa mulai berkembang dengan pesat. Hal tersebut menyatakan
bahwa kemajuan bangsa Eropa tidak terlepas dari campur tangan bangsa Timur yang
telah berjasa dalam perkembangan kehidupan bangsa Eropa.
DAFTAR PUSTAKA
Farndon,
John. 2010. 2000 Things You Should Know About World History.
Jakarta:
PT Bhuana Ilmu Populer.
Hillendrand,
Carole. 2006. Perang Salib; Sudut Pandang Islam. Jakarta: Serambi.
Hitti.
K. Phillip. 2010. HISTORY OF THE ARAB. Jakarta: Serambi lmu Semesta.
Murodi.
2010. Sejarah Kebudayaan Islam. Semarang: PT. Karya Toha Putra
Nicolle,
David. 2010. The First Crusade 1096-1099: Conquest of the Holy Land.
Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia.
Yahaya.
Hj. Mahayudin. 1993. Sejarah Islam. Kuala Lumpur: Fajar Bakti Sdn. Bhd.
No comments:
Post a Comment